kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.931.000   26.000   1,36%
  • USD/IDR 16.465   -15,00   -0,09%
  • IDX 6.898   66,24   0,97%
  • KOMPAS100 1.001   10,19   1,03%
  • LQ45 775   7,44   0,97%
  • ISSI 220   2,72   1,25%
  • IDX30 401   2,31   0,58%
  • IDXHIDIV20 474   1,13   0,24%
  • IDX80 113   1,15   1,03%
  • IDXV30 115   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 131   0,58   0,44%

Harga Minyak Dunia Turun Setelah IEA Pangkas Proyeksi Permintaan Dunia


Selasa, 15 April 2025 / 19:58 WIB
Harga Minyak Dunia Turun Setelah IEA Pangkas Proyeksi Permintaan Dunia
ILUSTRASI. An oil pump jack pumps oil in a field near Calgary, Alberta, July 21, 2014. Pump jacks are used to pump crude oil out of the ground after an oil well has been drilled. REUTERS/Todd Korol


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak dunia melemah pada Selasa setelah Badan Energi Internasional alias (IEA) mengikuti langkah OPEC memangkas proyeksi permintaan minyak global. Namun, penurunan harga tertahan oleh pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengisyaratkan kemungkinan pengecualian tarif baru.

Kontrak berjangka minyak mentah Brent turun 0,8% menjadi US$ 64,34 per barel pada pukul 12.22 GMT. Sementara itu, minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) melemah 57 sen atau 0,9% ke level US$ 60,96 per barel.

Kebijakan perdagangan AS yang berubah-ubah telah menimbulkan ketidakpastian di pasar minyak global dan mendorong OPEC pada hari Senin untuk menurunkan proyeksi permintaan minyak dunia.

Baca Juga: Harga Minyak Naik Tipis, Didukung Pengecualian Tarif AS dan Impor Minyak Mentah China

IEA juga memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global pada Selasa, dari sebelumnya 1,03 juta barel per hari (bph) menjadi 730.000 bph untuk tahun ini. Untuk tahun depan, permintaan diperkirakan hanya tumbuh 690.000 bph, dengan alasan meningkatnya ketegangan perdagangan internasional.

Bank Swiss, UBS turut memangkas proyeksi harga Brent sebesar US$ 12 menjadi US$ 68 per barel. Analis UBS, Giovanni Staunovo, memperingatkan, jika perang dagang semakin memburuk, skenario terburuk seperti resesi mendalam di AS dan pelambatan tajam di China dapat mendorong harga Brent ke kisaran US$ 40-US$ 60 per barel dalam beberapa bulan mendatang.

BNP Paribas juga menurunkan ekspektasi harga rata-rata Brent untuk tahun ini dan tahun depan menjadi US$ 58 per barel, dari sebelumnya US$ 65. HSBC memotong proyeksi harga Brent menjadi US$ 68,50 per barel untuk tahun ini dan US$ 65 untuk tahun depan.

Meski begitu, komentar dari Menteri Energi AS Chris Wright pada Jumat lalu sedikit menopang harga. Wright menyatakan AS dapat menghentikan ekspor minyak Iran sebagai bagian dari upaya Presiden Trump untuk menekan Teheran terkait program nuklirnya.

Baca Juga: 4 Manfaat Minyak Kemiri Untuk Rambut, Bisa Jadi Serum Rambut

Data terbaru pada Senin menunjukkan impor minyak mentah China pada bulan Maret naik hampir 5% dibandingkan tahun sebelumnya, didorong oleh lonjakan pengiriman minyak dari Iran.

Aset-aset berisiko seperti saham dan minyak juga mendapat dorongan setelah Presiden Trump menyatakan sedang mempertimbangkan untuk merevisi tarif 25% terhadap impor mobil asing dari Meksiko dan negara lainnya.



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×