Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendesak CEO baru Intel, Lip-Bu Tan, untuk segera mundur dari jabatannya pada Kamis (7/8/2025).
Trump menilai Tan "sangat sarat konflik" akibat keterkaitannya dengan sejumlah perusahaan teknologi di China, yang sebagian memiliki hubungan dengan militer negara tersebut.
Desakan ini muncul sehari setelah Reuters melaporkan bahwa Senator Partai Republik Tom Cotton mengirim surat kepada Ketua Dewan Intel, mempertanyakan relasi bisnis Tan dengan perusahaan China, serta menyinggung kasus pidana yang melibatkan mantan perusahaannya, Cadence Design.
Baca Juga: Dituduh Terkait China, Trump Tuntut CEO Intel Lip-Bu Tan Mundur
"CEO Intel sangat sarat konflik dan harus mengundurkan diri sekarang juga. Tidak ada solusi lain untuk masalah ini," tulis Trump di platform Truth Social.
Saham Intel turun 3% pada penutupan perdagangan Kamis. Langkah Trump ini jarang terjadi, mengingat presiden AS biasanya tidak secara terbuka meminta pergantian pimpinan perusahaan publik.
Latar Belakang Lip-Bu Tan
Tan resmi menjabat CEO Intel pada Maret lalu. Reuters pada April 2025 melaporkan bahwa Tan, baik secara pribadi maupun melalui dana ventura miliknya, Walden, telah menanamkan investasi sedikitnya US$200 juta di ratusan perusahaan manufaktur dan chip China antara Maret 2012–Desember 2024.
Beberapa di antaranya merupakan kontraktor dan pemasok militer China.
Baca Juga: Fitch Turunkan Peringkat Kredit Intel, Soroti Tantangan Permintaan & Risiko Eksekusi
Data korporasi China yang ditinjau Reuters menunjukkan Tan memiliki kepemilikan bersama dengan dana pemerintah daerah di kota-kota teknologi seperti Hangzhou, Hefei, dan Wuxi.
Seorang sumber sempat menyebut Tan telah melepas investasinya di China, namun dokumen publik masih mencatat banyak di antaranya sebagai kepemilikan aktif.
Selain itu, ketika menjabat CEO Cadence Design (2008–2021), perusahaan tersebut menjual perangkat lunak desain chip ke universitas militer China yang diyakini terlibat dalam simulasi ledakan nuklir.
Cadence bulan lalu sepakat mengaku bersalah dan membayar lebih dari US$140 juta untuk menyelesaikan tuntutan pemerintah AS terkait kasus tersebut.
Intel dalam Tekanan
Intel saat ini tengah berjuang memulihkan posisinya yang tergeser oleh Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) dan terpinggirkan di pasar chip kecerdasan buatan yang dikuasai Nvidia.
Baca Juga: Intel Corp Pangkas 22% Karyawan, CEO Baru Tan Terapkan Disiplin Ketat Biaya
Perusahaan juga telah memangkas tenaga kerja, menunda pembangunan pabrik baru, dan memperlambat proyek pabrik besar di Ohio yang kini diproyeksikan rampung pada 2030–2031.
Meski mendapat subsidi US$8 miliar dari Undang-Undang CHIPS 2022, kinerja Intel masih melempem. Sahamnya nyaris stagnan sepanjang 2025, setelah anjlok lebih dari 60% pada tahun sebelumnya.
Intel dalam pernyataannya menegaskan komitmennya terhadap keamanan nasional dan ekonomi AS serta mendukung agenda "America First" pemerintahan Trump. "Kami menantikan kerja sama berkelanjutan dengan pemerintah," tulis perusahaan.