Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak naik lebih dari US$ 1 per barel dan memperpanjang reli dari hari sebelumnya yang melonjak hampir 3%. Sentimen datang karena optimisme atas rekor ekspor minyak mentah Amerika Serikat (AS) dan tanda-tanda bahwa kekhawatiran resesi mereda melebihi kekhawatiran atas lesunya permintaan di China.
Kamis (27/10), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Desember 2022 ditutup naik US$ 1,27 atau 1,3% menjadi US$ 96,96 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Desember 2022 ditutup naik US$ 1,17 atau 1,3% ke US$ 89,08 per barel.
Sokongan utama harga minyak datang setelah data menunjukkan rekor ekspor minyak mentah AS, tanda harapan untuk permintaan. Di sisi lain, spekulasi bahwa bank sentral bisa mendekati akhir siklus kenaikan suku bunga menambah dukungan, setelah European Central Bank menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin.
"Harga minyak mentah reli setelah ekonomi AS bangkit kembali pada kuartal terakhir," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, mengacu pada laporan pendapatan perusahaan yang kuat pada kuartal terakhir, meskipun ia menambahkan kenaikan minyak tetap dibatasi oleh pandangan bahwa perlambatan ekonomi.
Baca Juga: Harga Minyak Terus Menguat di Pagi Ini, Didorong Permintaan dan Koreksi Dolar AS
Kekhawatiran tentang permintaan China membatasi reli. Investor global melepas aset China awal pekan ini karena ekonomi konsumen energi terbesar dunia dilanda kebijakan nol-COVID, krisis properti, dan turunnya kepercayaan pasar.
"Kekhawatiran bahwa kebijakan ekonomi China yang kacau dapat berlanjut di bawah kekuatan Presiden Xi Jinping yang tumbuh membebani sentimen," kata Hiroyuki Kikukawa, General Manager of Research di Nissan Securities.
Pada awal perdagangan, dolar AS menyentuh level terendah dalam 1 bulan, dan memberikan dukungan minyak, meskipun kemudian the greenback menguat. Dolar AS yang lebih lemah membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lain dan biasanya mencerminkan selera investor yang lebih besar terhadap risiko.
Minyak mentah melonjak awal tahun ini setelah Rusia menginvasi Ukraina, dengan Brent mendekati level tertinggi sepanjang masa di US$ 147 pada bulan Maret. Baru-baru ini, minyak telah merosot di tengah kekhawatiran ekonomi.
Pejabat AS dan Barat sedang menyelesaikan rencana untuk mengenakan batasan pada harga minyak Rusia. Bank Dunia memperingatkan bahwa setiap rencana akan membutuhkan partisipasi aktif dari ekonomi pasar berkembang.