Sumber: Reuters | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak naik di awal perdagangan pada hari Jumat menyusul keputusan OPEC+ untuk mempertahankan kebijakan produksi minyaknya tidak berubah, memulihkan beberapa kerugian dari sesi perdagangan sebelumnya yang dipicu oleh laporan gencatan senjata yang tidak berdasar antara Israel dan Hamas.
Minyak mentah berjangka Brent naik 50 sen, atau 0,6%, menjadi US$ 79,20 per barel pada pukul 01.55 GMT, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 40 sen, atau 0,5%, menjadi US$ 74,22 per barel.
Kedua kontrak diselesaikan lebih rendah lebih dari 2% pada hari Kamis karena laporan gencatan senjata yang tidak terverifikasi antara Israel dan Hamas. Namun, seorang pejabat Qatar mengatakan tidak ada gencatan senjata. Dia mengatakan Hamas telah menerima positif proposal gencatan senjata yang dibuat awal pekan ini.
Baca Juga: Ketegangan Geopolitik Berportensi Membuat Tren Kenaikan Harga Minyak Dunia
Di kawasan ini, serangan pasukan Houthi Yaman terhadap kapal-kapal di Laut Merah terus mengganggu perdagangan global, memicu ketegangan geopolitik dan kekhawatiran pengiriman barang. Kelompok yang bersekutu dengan Iran mengatakan pada hari Kamis bahwa pasukan angkatan laut mereka telah menargetkan kapal dagang Inggris yang tidak dikenal di Laut Merah.
Pada hari Kamis, dua sumber OPEC+ mengatakan kelompok tersebut mempertahankan kebijakan produksi minyaknya tidak berubah, dan akan memutuskan pada bulan Maret apakah akan memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela untuk kuartal pertama atau tidak.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, menerapkan pengurangan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari (bph) untuk kuartal pertama, seperti yang diumumkan pada bulan November.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Melemah Terseret Perekonomian China dan Kenaikan Stok Minyak AS
Analis ANZ Research mengatakan pada hari Jumat bahwa pengurangan produksi tersebut akan menjaga pasokan tetap terbatas pada kuartal pertama, dengan peningkatan produksi non-OPEC akan menjadi normal dan pertumbuhan produksi AS melambat pada tahun 2024 menjadi 300.000 barel per hari (bpd) dari 800.000 barel per hari pada tahun lalu.
Yang juga mendorong harga minyak adalah keputusan Federal Reserve AS untuk mempertahankan suku bunga acuan semalam di kisaran 5,25-5,50%, dan komentar Ketua Jerome Powell yang mengatakan bahwa suku bunga telah mencapai puncaknya dan akan turun dalam beberapa bulan mendatang.
Suku bunga yang lebih rendah akan mengurangi biaya pinjaman konsumen, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.