Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Patokan berjangka harga minyak sawit mentah di pasar Malaysia dibuka menguat pada hari pertama perdagangan tahun 2019. Kenaikan harga minyak sawit mentah ini disokong pemotongan pajak impor Crude Palm Oil (CPO) dan turunnya oleh India. Meski begitu, sejumlah pihak menilai kenaikan harga minyak sawit tersebut tidak berlangsung lama, mengingat stok minyak sawit masih tinggi.
Sebagai importir minyak sawit terbesar di dunia, India mengumumkan pada Senin (1/1) malam, bahwa akan menurunkan bea impor minyak sawit mentah menjadi 40% dari sebelumnya 44%. Sementara pajak minyak sulingan dipotong menjadi 40% dari sebelumnya 54%. Namun pengiriman minyak sawit olahan dari Malaysia akan dikenakan pajak 45% dari sebelumnya 54%.
Penurunan pajak impor minyak sawit mentah ini oleh India dinilai membantu menaikkan permintaan minyak sawit di pasar global dan turut mengurangi stok minyak sawit di Asia Tenggara khususnya Indonesia dan Malaysia yang dinilai sudah kelebihan stok dalam beberapa bulan terakhir.
Dampak penurunan bea impor ini membuat harga minyak sawit mentah untuk pengiriman Maret naik ke level tertinggi pada awal perdagangan sejak 21 Desember 2018 lalu. Tercatat harga minyak sawit mentah di bursa Malaysia mencapai 2.153 ringgit ( US$ 520,05( per ton).
"Pemotongan bea impor India dapat membantu menurunkan stok minyak sawit, tapi tidak terjadi dalam seketika. India sadar akan tingginya stok minyak sawit di Malaysia dan Indonesia sehingga mereka akan membeli secara berkala," ujar salah seorang pedagang berbasis di Kuala Lumpur, seperti dikutip Reuters.
Ia menjelaskan, penjualan minyak sawit saat ini terbebani stok yang tinggi dan untuk mengurangi stok tersebut membutuhkan waktu yang tidak cepat. Apalagi bila merujuk pada siklus selama ini, eskpor minyak sawit di Januari-Februari termasuk rendah, sehingga pengurangan stok dinilai tidak akan berlangsung signifikan.