Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Sanny Cicilia
WASHINGTON. Booming shale oil atau minyak serpih yang berasal dari Amerika Serikat turut menyeret harga minyak dunia. Saat pasar komoditas berdebat soal potensi penurunan harga minyak ke level US$ 50, harga minyak di North Dakota terjun ke US$ 50 per barel.
Minyak mentah yang dijual di wilayah shale Bakken, North Dakota bahkan turun ke level US$ 49,69 per barel pada akhir pekan lalu. Ini merupakan data dari unit pemasaran Plains All American Pipeline LP.
Harga ini turun 47% ketimbang level tertinggi Juni lalu dan lebih murah 29% ketimbang harga minyak Brent di level US$ 70,15 per barel. Wilayah shale besar lain seperti Niobrara di Kolorado dan Permian di Texas pun menjual minyak dengan harga diskon besar ketimbang harga minyak Brent dan West Texas Intermediate yang lebih mahal.
Andy Lipow, Presiden Lipow Oil Association LLC mengatakan, perusahaan shale oil sebenarnya perlu biaya untuk pengumpulan minyak, pengiriman, terminal, jalur pipa dan biaya jalur kereta. "Bila perusahaan-perusahaan ini menjual di harga yang hampir sama dengan harga produksi, maka selisihnya akan sangat jauh dengan harga minyak WTI," kata Lipow kepada Bloomberg.
Bakken memproduksi 1,12 juta barel minyak per hari. Akhir tahun lalu, jaringan pipa baru bisa menampung 583.000 barel minyak per hari. Menurut Pipeline Authority, kapasitas pipa ini akan dinaikkan menjadi 773.000 barel akhir tahun ini dan menjadi 1,7 juta barel minyak per hari pada akhir tahun 2017. Alhasil, booming minyak dari tambang shale masih akan berlanjut beberapa tahun.