Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak mentah tergelincir pada perdagangan Asia di tengah prospek permintaan yang tidak pasti. Walau begitu, harga minyak acuan menuju kenaikan mingguan karena kekhawatiran resesi mereda.
Jumat (12/8) pukul 11.00 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Oktober 2022 turun 0,5% menjadi US$ 99,11 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2022 melemah 0,5% ke US$ 93,84 per barel.
Dengan harga saat ini, Brent berada di jalur untuk naik lebih dari 4% pada minggu ini. Pekan lalu, Brent anjlok 14% dan jadi penurunan mingguan terbesar sejak April 2020 di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan inflasi dan kenaikan suku bunga akan memukul pertumbuhan ekonomi dan permintaan bahan bakar.
Sedangkan, WTI menuju kenaikan mingguan lebih dari 5%, dan menutup sekitar setengah dari koreksi pada minggu sebelumnya.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Naik, IEA Menaikkan Pertumbuhan Permintaan 2022
Ketidakpastian membatasi kenaikan harga karena pasar menyerap pandangan permintaan yang kontras dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan International Energy Agency (IEA).
"Sementara narasi inflasi yang memuncak telah memberikan beberapa daya tarik untuk aset berisiko akhir-akhir ini, pergerakan harga minyak yang lebih terukur sejak Juni menunjukkan bahwa beberapa reservasi tetap mengingat prospek permintaan yang mendung," kata Yeap Jun Rong, Market Strategist di IG.
Trade-off untuk pertumbuhan dapat terus membatasi kenaikan harga minyak, dengan resistensi psikologis utama untuk Brent di level US$ 100 per barel, Yeap menambahkan.
Pada hari Kamis, OPEC memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia pada tahun 2022 sebesar 260.000 barel per hari (bph). Sekarang mengharapkan permintaan meningkat sebesar 3,1 juta barel per hari di tahun ini.
Itu bertentangan dengan pandangan dari IEA, yang menaikkan perkiraannya untuk pertumbuhan permintaan menjadi 2,1 juta barel per hari, karena peralihan gas-ke-minyak dalam pembangkit listrik sebagai akibat dari melonjaknya harga gas.
Baca Juga: Pewaris Samsung dan Chairman Lotte Group dapat Pengampunan Khusus
"Ada banyak ketidakpastian tentang permintaan dalam jangka pendek. Sampai itu selesai, (pasar) akan seperti ini untuk sementara waktu," kata Justin Smirk, ekonom senior di Westpac.
Pada saat yang sama, IEA menaikkan prospek pasokan minyak Rusia sebesar 500.000 barel per hari untuk paruh kedua 2022, tetapi mengatakan OPEC akan berjuang untuk meningkatkan produksi.
"Gambaran bersih yang dilukis IEA adalah campuran," kata analis Commonwealth Bank Vivek Dhar. "Pasokan Rusia lebih tangguh dari yang diperkirakan."
"Menilai keseimbangan minyak global pada akhir tahun sekarang, mengingat apa yang terjadi di sisi permintaan versus apa yang terjadi di sisi pasokan - itu hanya rumit. Itu sebabnya Anda memiliki volatilitas harian."