Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak global turun pada Jumat (24 Oktober 2025) karena muncul skeptisisme di pasar terkait komitmen pemerintahan Donald Trump terhadap sanksi terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia terkait perang di Ukraina.
Harga Brent ditutup US$65,94 per barel, turun 5 sen atau 0,1%, sementara harga minyak AS (WTI) berakhir di US$61,50 per barel, turun 29 sen atau 0,5%.
Kedua patokan harga sempat menguat di awal sesi, memperpanjang kenaikan lebih dari 5% yang terjadi pada Kamis setelah pengumuman sanksi, namun melemah dalam dua jam terakhir perdagangan.
Meski demikian, harga minyak tetap menutup pekan dengan kenaikan lebih dari 7%, catatan kenaikan mingguan terbesar sejak pertengahan Juni.
Baca Juga: Harga Minyak Turun, Tapi Mencatat Kenaikan Mingguan Ditopang Kekhawatiran Pasokan
"Ada skeptisisme baru bahwa sanksi ini akan sekeras yang dikatakan," ujar John Kilduff, mitra di Again Capital LLC.
Sanksi AS Tekan Produksi Minyak Rusia
Presiden AS Donald Trump memberlakukan sanksi terhadap perusahaan Rosneft dan Lukoil untuk menekan Presiden Rusia Vladimir Putin agar mengakhiri perang di Ukraina.
Kedua perusahaan ini menyumbang lebih dari 5% produksi minyak global, dan Rusia adalah produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia pada 2024 setelah AS.
Sanksi ini mendorong perusahaan minyak milik negara Tiongkok menangguhkan pembelian minyak Rusia dalam jangka pendek, menurut sumber perdagangan. Sementara itu, pembeli utama minyak Rusia, India, diperkirakan akan memangkas impor minyak Rusia secara signifikan, menurut sumber industri.
"Aliran minyak ke India sangat berisiko," kata Janiv Shah, Wakil Presiden Analisis Pasar Minyak di Rystad Energy.
"Tantangan untuk kilang Tiongkok akan lebih ringan, mengingat diversifikasi sumber minyak dan ketersediaan stok," tambahnya.
OPEC Siap Tambah Produksi
Menteri Minyak Kuwait menyatakan bahwa OPEC siap menambah produksi untuk menutupi potensi kekurangan di pasar.
Pemerintah AS juga menyatakan kesiapan untuk mengambil langkah lanjutan, sementara Putin mengejek sanksi tersebut sebagai tindakan yang tidak bersahabat, menegaskan bahwa hal itu tidak akan signifikan memengaruhi ekonomi Rusia dan menekankan pentingnya Rusia bagi pasar global.
Baca Juga: Harga Minyak Naik, Terdorong Meredanya Kekhawatiran Pasar Terkait Kelebihan Pasokan
Selain AS, Britania Raya telah memberlakukan sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil pekan lalu, dan Uni Eropa menyetujui paket sanksi ke-19 terhadap Rusia yang mencakup larangan impor LNG Rusia.
Uni Eropa juga menambahkan dua kilang Tiongkok dengan kapasitas gabungan 600.000 barel per hari, serta Chinaoil Hong Kong, anak perusahaan PetroChina, ke daftar sanksi Rusia.
Ke depan, investor juga menantikan pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping minggu depan, yang diharapkan dapat meredakan ketegangan perdagangan jangka panjang serta menghentikan serangkaian tindakan balasan antarnegara.













