kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.350.000   -4.000   -0,17%
  • USD/IDR 16.665   -20,00   -0,12%
  • IDX 8.272   -2,63   -0,03%
  • KOMPAS100 1.147   -2,68   -0,23%
  • LQ45 828   0,00   0,00%
  • ISSI 290   -1,26   -0,43%
  • IDX30 434   0,97   0,22%
  • IDXHIDIV20 499   3,67   0,74%
  • IDX80 127   -0,55   -0,43%
  • IDXV30 136   -0,78   -0,57%
  • IDXQ30 138   0,41   0,30%

Harga Minyak Turun di Tengah Skeptisisme Pasar atas Sanksi AS ke Rusia


Sabtu, 25 Oktober 2025 / 05:55 WIB
Harga Minyak Turun di Tengah Skeptisisme Pasar atas Sanksi AS ke Rusia
ILUSTRASI. A pump jack operates near a crude oil reserve in the Permian Basin oil field near Midland, Texas, U.S. February 18, 2025. REUTERS/Eli Hartman


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak global turun pada Jumat (24 Oktober 2025) karena muncul skeptisisme di pasar terkait komitmen pemerintahan Donald Trump terhadap sanksi terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia terkait perang di Ukraina.

Harga Brent ditutup US$65,94 per barel, turun 5 sen atau 0,1%, sementara harga minyak AS (WTI) berakhir di US$61,50 per barel, turun 29 sen atau 0,5%.

Kedua patokan harga sempat menguat di awal sesi, memperpanjang kenaikan lebih dari 5% yang terjadi pada Kamis setelah pengumuman sanksi, namun melemah dalam dua jam terakhir perdagangan.

Meski demikian, harga minyak tetap menutup pekan dengan kenaikan lebih dari 7%, catatan kenaikan mingguan terbesar sejak pertengahan Juni.

Baca Juga: Harga Minyak Turun, Tapi Mencatat Kenaikan Mingguan Ditopang Kekhawatiran Pasokan

"Ada skeptisisme baru bahwa sanksi ini akan sekeras yang dikatakan," ujar John Kilduff, mitra di Again Capital LLC.

Sanksi AS Tekan Produksi Minyak Rusia

Presiden AS Donald Trump memberlakukan sanksi terhadap perusahaan Rosneft dan Lukoil untuk menekan Presiden Rusia Vladimir Putin agar mengakhiri perang di Ukraina.

Kedua perusahaan ini menyumbang lebih dari 5% produksi minyak global, dan Rusia adalah produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia pada 2024 setelah AS.

Sanksi ini mendorong perusahaan minyak milik negara Tiongkok menangguhkan pembelian minyak Rusia dalam jangka pendek, menurut sumber perdagangan. Sementara itu, pembeli utama minyak Rusia, India, diperkirakan akan memangkas impor minyak Rusia secara signifikan, menurut sumber industri.

"Aliran minyak ke India sangat berisiko," kata Janiv Shah, Wakil Presiden Analisis Pasar Minyak di Rystad Energy.

"Tantangan untuk kilang Tiongkok akan lebih ringan, mengingat diversifikasi sumber minyak dan ketersediaan stok," tambahnya.

OPEC Siap Tambah Produksi

Menteri Minyak Kuwait menyatakan bahwa OPEC siap menambah produksi untuk menutupi potensi kekurangan di pasar.

Pemerintah AS juga menyatakan kesiapan untuk mengambil langkah lanjutan, sementara Putin mengejek sanksi tersebut sebagai tindakan yang tidak bersahabat, menegaskan bahwa hal itu tidak akan signifikan memengaruhi ekonomi Rusia dan menekankan pentingnya Rusia bagi pasar global.

Baca Juga: Harga Minyak Naik, Terdorong Meredanya Kekhawatiran Pasar Terkait Kelebihan Pasokan

Selain AS, Britania Raya telah memberlakukan sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil pekan lalu, dan Uni Eropa menyetujui paket sanksi ke-19 terhadap Rusia yang mencakup larangan impor LNG Rusia.

Uni Eropa juga menambahkan dua kilang Tiongkok dengan kapasitas gabungan 600.000 barel per hari, serta Chinaoil Hong Kong, anak perusahaan PetroChina, ke daftar sanksi Rusia.

Ke depan, investor juga menantikan pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping minggu depan, yang diharapkan dapat meredakan ketegangan perdagangan jangka panjang serta menghentikan serangkaian tindakan balasan antarnegara.

Selanjutnya: Laba Melejit 141%, PTRO Jadi Primadona Baru Sektor Tambang, Simak Rekomendasinya

Menarik Dibaca: Resep Creamy Garlic Chicken Ala Devina Hermawan yang Gurih, Lembut & Anti Ribet




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×