Sumber: Bloomberg | Editor: Didi Rhoseno Ardi
FRANKFURT. European Central Bank (ECB) kemungkinan terpaksa melakukan pemangkasan suku bunga patokan secara agresif dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini karena penyusutan perekonomian semakin dalam.
Para pemilik modal bertaruh bahwa penentu kebijakan di ECB yang bertemu di Brussel hari ini, Kamis (4/12) akan mengiris suku bunganya sedikitnya 75 basis poin menjadi 2,5%. Besarnya pengirisan ini bakalan menjadi pemotongan yang terbesar sepanjang masa. Namun, pendapat sejumlah ekonom terbagi. Sebanyak 35 dari 56 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg News memprediksi bahwa ECB memotong 50 basis poin, sementara sisanya memperkirakan ECB akan membabat sebesar 75 poin atau lebih dari itu.
Hingga saat ini, ECB menolak untuk membebek Inggris maupun New Zealand yang memotong bunganya dalam jumlah yang sangat besar sebagai upaya untuk keluar dari krisis finansial global. Bank sentral ini telah membatasi untuk melakukan pemangkasan tak lebih dari 50 basis poin sejak bulan Oktober. Bahkan, presiden Jean-Claude Trichet telah menekankan bahwa langkah ini merupakan anchor of stability.
Julian Callow, ekonom Barclays Capital di London mengatakan, “Mereka perlu untuk melakukan lebih dari itu, dan mereka juga perlu melakukan itu dengan cepat.”
ECB, yang suku bunga patokannya merupakan yang paling tinggi diantara negara-negara yang tergabung dalam G7, akan mengumumkan keputusan pengirisan bunga ini pada pukul 13.45 waktu Brussel dan Trichet akan menggelar konferensi pers 45 menit sesudahnya.
Dengan 15 negara di euro-zone kian terperosok ke masa resesi, beberapa ekonom mengatakan bahwa inilah saatnya bagi ECB untuk merespons dengan penuh semangat untuk keluar dari krisis.
“Sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa perekonomian akan menyusut secara tajam di kuartal keempat, bersamaan dengan penurunan inflasi yang sangat pesat, merupakan contoh-contoh yang membutuhkan aksi yang sangat agresif,” kata Nick Kounis, ekonom Fortis Bank N.V. di Amsterdam.
IMF memprediksikan perekonomian di euro-zone akan menciut sebesar 0,5% pada tahun 2009.