kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hati-hati, Rexona produk Unilever bisa membuat teler bila disalahgunakan


Jumat, 27 September 2019 / 18:40 WIB
Hati-hati, Rexona produk Unilever bisa membuat teler bila disalahgunakan


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - CANBERRA. Perusahaan raksasa ritel Unilever yang memproduksi deodorant merek Rexona mengamini bahwa pihaknya mengetahui adanya lima orang yang tewas di Australia akibat penyalahgunaan produk tersebut.

Scott Mingl, Kepala Unit Deodorant di Unilever Australia dan Selandia Baru selaku perusahaan induk Rexona mengatakan bahwa pihaknya telah mengetahui dan menerima laporan dari pihak kepolisian.

Baca Juga: Simak rekomendasi saham Profindo Sekuritas untuk perdagangan Selasa (24/9)

Ia juga menambahkan, Kepolisian menyebut bahwa Rexona merupakan salah satu produk Univeler yang paling banyak disalahgunakan dalam. "Kami tahu. Kami mendapat laporan adanya empat kematian di Queensland dan Satu di New South Wales," kata Mingl, mengutip artikel yang dimuat ABC, Jumat (27/9).

Menurut Mingl, pihak perusahaan dan kepolisian telah bekerja sama untuk terlibat dan mencoba memahami masalah tersebut dan memberikan dukungan serta sosialisasi lebih baik kepada pengguna.

Asal tahu saja, penyalahgunaan produk seperti Rexona ini disebut sebagai chroming, dimana penggunaannya menghirup bahan kimia yang disemprotkan dari deodoran berbentuk kaleng tersebut, yang bisa membuat penggunanya mengalami ketergantungan.

Baca Juga: Cermati rekomendasi teknikal saham CTRA, INKP dan UNVR

"Saya merasa sedih mendengar dampak penggunaan produk ini bagi anak-anak, dan dampak penyalahgunaan tersebut oleh mereka yang mengalaminya," tambah Mingl.

Pihak Unilever mengaku sudah menangani masalah ini dengan serius dan bekerjasama dengan banyak pihak untuk mengatasinya. Mingl mengatakan bahwa Unilever sudah mengubah desain kaleng deodoran Rexona tersebut dan juga menghabiskan waktu selama beberapa tahun untuk mengubah komposisi bahan kimia di dalamnya.

Walau sudah menghabiskan Rp 1,5 triliun di bidang penelitian dan pengembangan di Unilever, Mingl mengatakan perusahaan tersebut belum menemukan cara untuk mengubah komposisi kandungan kimia Rexona.

Selain berusaha mengubah desain dan komposisi, Unilever juga mengkhawatirkan bahwa perubahan pada Rexona akan membuat remaja yang menyalahgunakannya beralih ke pestisida dan bahan kimia untuk pembersih.

Baca Juga: IHSG merosot 0,41% ke level 6.206,19 pada penutupan perdagangan, Senin (23/9)

Unilever juga mengatakan dalam uji yang mereka lakukan, Rexona tidaklah berisi bahan kimia yang berbeda dengan produk deodorant lain.

"Kami sudah melakukan uji terhadap seluruh produk deodoran yang ada di pasar untuk mengetahui mengapa Rexona menjadi pilihan dan secara teknis kami tidak menemukan adanya perbedaan." katanya.

Kepolisian Queensland dan Asosiasi Peritel Nasional Australia (NRA) sudah mengukuhkan bahwa Rexona adalah produk yang banyak digunakan oleh anak-anak yang melakukan 'chroming".

Dominique Lamb, Direktur Eksekutif NRA mengatakan, sejauh ini mereka tidak mendapat dukungan apapun dari Rexona. "Kami temukan di sejumlah lokasi, tumpukan Rexona sampai 30 kaleng. Dan di pusat perbelanjaan kami menemukan anak-anak yang tampak dalam keadaan teler," terang pihak Kepolisian.

Baca Juga: Hanya di jual di Indonesia, Adidas rilis jaket bergambar pocong

Pihaknya juga mengatakan Rexona merupakan salah satu produk yang paling sering dicuri dari toko atau pusat perbelanjaan. Polisi juga kerap menemukan banyak remaja dan anak-anak yang membawa Rexona di saku celana maupun kantong jaket tanpa rasa takut.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×