Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Black Friday! Inilah pesta belanja online terakbar di dunia. Bertabur promosi dan diskon dari gerai-gerai off line sampai toko online alias e-commerce serentak pada tanggal 29 November 2019.
Dari banyak media di Amerika Serikat (AS), mal dan toko-toko besar penuh dengan orang yang mengantre untuk membeli barang impian sejak Kamis sore. Bagi pemburu diskon, ini menjadi hari terbaik untuk mencari barang dengan harga ringan lantaran ada diskon.
Black Friday umumnya datang sehari setelah Thanksgiving, hari raya khas Amerika Serikat yang jatuh Kamis minggu keempat bulan November. Pada hari Jumatsejumlah perusahaan-perusahaan atau peritel menggelar diskon besar-besaran dan promo belanja secara online maupun offline.
Tapi tahukah Anda, sejarah Black Friday? Penelusuran Kontan.co.id di media-media online dunia, ada banyak versi atas asal muasal Black Friday. Ada yang menyebut, Black Friday terjadi karena membirunya pembukuan perusahaan dari merugi menjadi untung. Istilah yang jamak dipakai dari kinerja merah menjadi hitam alias mejadi untung.
Hanya, Kolumnis The Wall Street Journal Ben Zimmer mengatakan orang-orang AS sering salah mengerti asal-usul istilah Black Friday. Dalam The Origins of "Black Friday", Zimmer mengatakan banyak orang mengira istilah "black" merujuk turunnya pendapatan gerai karena banyak barang yang dijual dengan harga diskon.
Istilah Black Friday pertama kali dipakai tahun 1960-an oleh polisi Philadelphia. Ini untuk menggambarkan fenomena kemacetan panjang di sepanjang kota. Kemacetan terjadi di mana-mana karena banyak orang yang berbondong-bondong antre di sekitar gerai yang menawarkan diskon. Inilah menjadi hari suram (black) bagi polisi karena harus mengamankan kota.
Suramnya Black Friday tak hanya dialami para polisi, para pengunjung juga merasakannya karena harus antre di gerai-gerai. Pegawai gerai juga harus melayani pengunjung. Kehebohan terjadi, bahkan keriuhan terjadi karena konsumen sudah antre sebelum toko buka. Kemudian, saat pintu dibuka, keriuhan terjadi, saling desak-desakan, himpit-himpitan, sampai terinjak-injak terjadi.
Dalam gerai, mereka juga kerap berkelahi demi mendapat barang yang mereka mau. Pesta diskon besar-besaran ini acap menimbulkan korban jiwa. Inilah kenapa menjadikan hari itu sebagai Black Friday bagi semua orang. Seiring dengan kejadian itu, toko-toko di AS yang awalnya berkinerja merah mulai membaik.
Sejatinya, sempat ada keinginan untuk mengubah istilah Black Friday dengan Big Friday, tapi upaya ini gagal. Keinginan tersebut lantaran Black Friday berkonotasi negatif, padahal tak serta merta begitu. Black Friday berujung dengan kegembiraan. Peritel bahagia karena lonjakan transaksi, konsumen senang mendapatkan barang impian.
Black Friday menjadi semakin sohor pasca iklan di majalah The American Philatelist pada tahun 1966. Akhir 1980-an, istilah tersebut semakin dikenal di kalangan pengecer yang kemudian mengaitkannya dengan penjualan pasca Thanksgiving.
Dan, Black Friday menjadi momen belanja terbesar di AS setiap tahun. Toko-toko memotong harga untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan. Black Friday turut menyebar ke berbagai negara, termasuk di Indonesia. Banyak e-commerce di Indonesia juga memanfaatkan tanggal 29 November untuk menggelar diskon. Shopee memberikan diskon Rp 500.000, Lazada menebar diskon hingga 90%, Tokopedia juga memberikan diskon hingga 90% sampai ongkos kirim gratis.
Sekarang giliran Anda, apakah ikut riuh di hari pesta diskon dengan belanja?