Sumber: Reuters | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Pada Senin (22/12), Honda (7267.T) dan Nissan (7201.T) mengumumkan bahwa mereka sedang dalam pembicaraan untuk bergabung pada 2026.
Merger ini menandai perubahan besar dalam industri otomotif Jepang dan menunjukkan bagaimana pembuat mobil China, seperti BYD, semakin menjadi ancaman bagi produsen mobil tradisional dunia.
Rencana Merger dan Tujuan Keuangan
Merger Honda dan Nissan akan menciptakan grup otomotif terbesar ketiga di dunia berdasarkan penjualan kendaraan, setelah Toyota (7203.T) dan Volkswagen (VOWG_p.DE). Dengan bergabungnya kedua perusahaan, mereka berharap dapat mencapai penjualan gabungan sebesar 30 triliun yen (sekitar US$191 miliar) dan laba operasi lebih dari 3 triliun yen.
Perusahaan juga berencana membentuk perusahaan induk pada Agustus 2026, dengan saham kedua perusahaan akan dihapus dari bursa. Honda, yang memiliki kapitalisasi pasar lebih dari US$40 miliar—sekitar empat kali lipat dari Nissan—akan memimpin dengan menunjuk mayoritas anggota dewan direksi.
Baca Juga: Honda dan Nissan Targetkan Finalisasi Pembicaraan Merger pada Juni 2025
Latar Belakang dan Alasan Merger
CEO Honda, Toshihiro Mibe, mengungkapkan bahwa kebangkitan pembuat mobil China dan pemain baru lainnya telah mengubah industri mobil secara signifikan. Mibe menegaskan bahwa untuk bersaing dengan mereka hingga 2030, kedua perusahaan perlu memperkuat kemampuan mereka dalam hal elektrifikasi dan teknologi mobil otonom.
Jika Mitsubishi Motors bergabung, grup Jepang ini akan memiliki penjualan global lebih dari 8 juta kendaraan, mengalahkan Hyundai (005380.KS) dan Kia (000270.KS) yang saat ini menempati posisi ketiga.
Tantangan dan Strategi Perusahaan
Kedua perusahaan, Honda dan Nissan, tengah berjuang di pasar utama seperti China dan AS, di mana penjualan mereka menurun drastis. Nissan baru-baru ini mengumumkan pemotongan 9.000 pekerjaan dan pengurangan kapasitas produksi global sebesar 20% setelah penurunan penjualan di pasar China dan AS.
Di sisi lain, Honda mengalami penurunan laba yang lebih buruk dari yang diperkirakan karena penurunan penjualan di China, meskipun bisnis sepeda motor dan mobil hybrid mereka tetap stabil.
Namun, Mibe menegaskan bahwa merger ini bukanlah bentuk penyelamatan bagi Nissan, dan pemulihan bisnis Nissan merupakan prasyarat untuk merger ini.
Baca Juga: Honda dan Nissan akan Merger, Pertimbangkan untuk Memproduksi Kendaraan Bersama
Reaksi dan Perspektif Pihak Ketiga
Carlos Ghosn, mantan ketua Nissan yang kini menjadi buron setelah melarikan diri ke Lebanon, menyatakan bahwa aliansi Honda-Nissan mungkin tidak berhasil karena kedua perusahaan tidak saling melengkapi.
Renault (RENA.PA), pemegang saham terbesar Nissan, menyatakan akan mempertimbangkan semua opsi terkait merger ini.
Selain itu, Taiwan's Foxconn (2317.TW), yang sedang berusaha memperluas bisnis kontrak manufaktur EV-nya, juga mendekati Nissan untuk tawaran akuisisi, namun ditolak oleh Nissan.
Berita tentang rencana merger ini telah memberi dampak positif pada saham ketiga perusahaan. Saham Honda naik 3,8%, Nissan meningkat 1,6%, dan Mitsubishi Motors mengalami lonjakan 5,3%, sementara indeks Nikkei (.N225) naik 1,2% pada penutupan hari tersebut.