Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perdagangan saham China Evergrande yang sedang terlilit utang akhirnya dihentikan mulai hari ini (4/10). Hal tersebut dilakukan setelah perusahaan tersebut kembali mangkir membayar bunga obligasi di pekan lalu. Ini merupakan kejadian kedua dalam dua minggu terakhir.
Mengutip Reuters, saham anak usaha Evergrande yakni Evergrande Property Services Group juga disuspen. Namun, bursa saham Hong Kong tidak menjelaskan mengapa perdagangan saham perusahaan tersebut itu dihentikan dan belum jelas siapa yang memprakarsai penangguhan tersebut.
Sekedar mengingatkan, Evergrande memiliki kewajiban yang mencapai ratusan miliar dolar Amerika Serikat (AS). Di mana, jumlahnya setara dengan 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) China.
Penghentian perdagangan yang dilakukan hari ini pun telah memberikan sinyal negatif bagi pasar keuangan. Di mana, indeks Hang Seng melemah dan saham di saham sektor properti ikut jeblok.
Saham pengembang properti lainnya seperti Guangzhou R&F Properties Co Ltd turun 7%, Sunac China Holdings dan Country Garden masing-masing melemah 4% pada perdagangan pagi ini.
Tumpukan utang Evergrande telah memicu kekhawatiran pasar bahwa kegagalan perusahaan membayar utang dapat menyebar melalui sistem keuangan dan bergema di seluruh dunia.
Baca Juga: Utang luar negeri China tembus US$ 2,68 triliun
Padahal, kekhawatiran awal sempat agak mereda setelah bank sentral China berjanji untuk melindungi kepentingan para pembeli rumah.
Di sisi lain, saham Evergrande telah anjlok 80% sepanjang tahun ini. Sedangkan saham anak usahanya pada unit layanan properti-nya telah turun 43% karena grup tersebut berusaha mengumpulkan dana untuk membayar banyak pemberi pinjaman dan pemasoknya.
Pada akhir bulan September kemarin, Evergrande mengatakan bahwa anak usaha di sektor wealth management telah melakukan pembayaran 10% dari produk WMP, yang sebagian besar dimiliki oleh investor ritel dalam negeri, yang jatuh tempo pada tanggal yang sama.
Perlakuan pengembang tersebut menunjukkan adanya kontras terhadap investor luar negeri jika melihat cara perusahaan mengelola kewajibannya.
Dua pembayaran dari obligasi luar negeri yang lewat jatuh tempo datang karena perusahaan juga menghadapi tenggat waktu pembayaran kupon obligasi dolar AS sebesar US$ 162,38 juta pada bulan berikutnya. Asal tahu saja, perusahaan ini memiliki hampir US$ 20 miliar dalam utang luar negeri.