kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hubungan China dan AS memanas


Selasa, 10 Januari 2017 / 11:32 WIB
Hubungan China dan AS memanas


Reporter: Mona Tobing | Editor: Yudho Winarto

SHANGHAI. Hubungan China dan Amerika Serikat (AS) semakin panas. China mulai gerah dengan sikap AS yang dianggap sudah ikut campur terkait urusan China dengan Taiwan. Tabloid Global Times melaporkan, China dikabarkan bersiap melakukan balas dendam kepada Negeri Paman Sam.

AS dinilai mulai mengingkari one china policy. Ini adalah prinsip kesatuan China, alias hanya ada satu negara yang disebut China. Prinsip ini menegaskan Taiwan dan China adalah bagian yang tidak terpisahkan.

Global Times menulis, jika presiden terpilih AS, Donald Trump ingkar pada kebijakan tersebut, maka masyarakat China akan menuntut pemerintahnya untuk membalas perlakuan AS tersebut. "Tidak ada ruang untuk tawar menawar," tulis Global Times, Senin (9/1).

Pemerintah China rupanya kecewa dengan Trump, karena dinilai tidak berupaya menjaga hubungan China–AS. Trump juga dinilai tidak berusaha menjaga dan menghormati tatanan politik yang ada antara Pemerintah AS dengan pemerintahan di kawasan Asia Pasifik.

Tabloid yang diterbitkan oleh Partai Komunis China tersebut menegaskan, Trump dinilai telah ingkar janji pada kebijakan one china policy.

Aksi Trump yang menerima panggilan telepon dan ucapan selamat dari Presiden Taiwan Tsai Ing-wen pada bulan lalu, telah menyulut protes dari masyarakat Beijing.

Pemerintah Beijing pun kini mempertanyakan komitmen AS terhadap kedaulatan China atas Taiwan, yang merupakan bagian dari China.

Jurubicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang mendesak para pejabat AS segera menangani masalah Taiwan. Hal ini untuk menghindari memburuknya hubungan China dan AS.

"Kami tegas menentang pemimpin wilayah Taiwan atas kunjungan transitnya, melakukan kontak dengan para pejabat AS dan terlibat dalam kegiatan yang mengganggu dan merusak hubungan China-AS," kata Lu seperti dikutip Reuters.

Manuver Tsai

Laporan Global Times menyebut bahwa kemarahan Pemerintah China disulut pertemuan yang terjadi antara Presiden Taiwan, Tsai Ing Wen dengan anggota parlemen senior AS dari Partai Repubik di Houston.

Tsai Ing Wen melakukan perjalanan ke Amerika Tengah dan mengunjungi sejumlah daerah yakni Honduras, Nikaragua, Guatemala dan El Salvador. Sebelum kembali ke negaranya, Tsai berencana singgah di San Francisco pada 13 Januari.

Pelesir Tsai Ing Wen telah diwaspadai China sebagai rencana politik untuk melepaskan diri dari China. Atas dasar itulah, China kemudian meminta AS untuk tidak membiarkan Tsai masuk ke AS dan melakukan pertemuan dengan pemerintah resmi karena berada di bawah prinsip satu kebijakan China.

Beijing telah menilai langkah Tsai berkunjung ke AS adalah bagian pembangkangan. Taiwan dinilai tidak memenuhi syarat untuk memulai hubungan dari satu negara ke negara.

Hal ini menjadi hal yang sensitif bagi China. Sebuah foto tweeted oleh Gubernur Texas Greg Abbott menunjukkan pertemuannya dengan Tsai.

Selain itu, kantor Tsai mengumumkan telah melakukan pembicaraan melalui telepon dengan senator AS John McCain, kepala Komite Senat. Kemudian Tsai juga bertemu Senator Texas Ted Cruz.

Menanggapi reaksi China, Tsai dalam pidatonya mengatakan bahwa hubungan Taiwan dengan AS adalah untuk kesejahteraan rakyat dan AS memiliki tempat khusus di hati orang Taiwan. Taiwan telah menyediakan lebih dari 320.000 pekerjaan langsung dan tidak langsung kepada rakyat AS.

Kata Tsai, Taiwan berencana menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan di AS, baik melalui investasi, perdagangan dan logistik.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×