Sumber: Xinhua | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan akan segera menggelontorkan pembiayaan darurat untuk 70 negara pada hari Jumat seiring meningkatnya kasus pandemi Covid-19 di seluruh dunia.
Mengutip Xinhua, Juru bicara IMF Gerry Rice mengatakan pada konferensi pers maya pada Kamis, "Besok kami memperkirakan jumlah itu menjadi 70 negara, sehingga 70 negara didukung oleh IMF dengan pembiayaan darurat sekitar US$ 25 miliar."
Baca Juga: IMF: Ekonomi dunia akan alami krisis akut yang belum pernah terjadi
Dia menambahkan, "Pendanaan darurat ini sangat cepat dicairkan, negara-negara bisa menerima uang dalam beberapa hari, tidak membawa persyaratan IMF tradisional," kata Rice kepada wartawan. "Ini adalah uang yang dihabiskan untuk membayar hal-hal seperti gaji perawat dan dokter, dan peralatan medis untuk menghadapi krisis."
Rice juga menyebut, untuk wilayah Asia dan Pasifik, tujuh negara telah menerima pembiayaan darurat dengan total sekitar US$ 1,5 miliar.
Masih mengutip Xinhua, di Afrika Sub-Sahara, 28 negara telah menerima pembiayaan darurat senilai hampir US$ 10 miliar. Rice bilang, angka tersebut jauh lebih tinggi daripada pinjaman tahunan rata-rata IMF sebesar US$ 1 miliar ke wilayah tersebut.
Baca Juga: OECD: Ekonomi global akan jatuh ke jurang resesi terburuk dalam 100 tahun
Lebih dari 100 negara telah meminta IMF untuk pembiayaan darurat di tengah pandemi, dan pemberi pinjaman multilateral mengatakan awal tahun ini bahwa mereka telah dua kali lipat mengeluarkan akses ke fasilitas darurat untuk memenuhi permintaan yang diharapkan.
Pada pertengahan April, dalam World Economic Outlook-nya IMF memproyeksikan bahwa ekonomi global berada di jalur kontraksi sebesar 3% pada tahun 2020 sebagai akibat dari pandemi. IMF menyebut kondisi ini sebagai "resesi terburuk" sejak Depresi Hebat pada 1930-an.
Baca Juga: Cadangan devisa Mei 2020 meningkat, berikut ini komponen-komponennya
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan pada bulan Mei bahwa pihaknya akan "sangat mungkin" untuk memotong lebih lanjut perkiraan pertumbuhan global, karena data yang masuk dari banyak negara lebih buruk daripada "proyeksi yang sudah pesimistis" dari IMF. Prediksi yang diperbarui akan dirilis pada minggu depan.