kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

OECD: Ekonomi global akan jatuh ke jurang resesi terburuk dalam 100 tahun


Rabu, 10 Juni 2020 / 21:05 WIB
OECD: Ekonomi global akan jatuh ke jurang resesi terburuk dalam 100 tahun
ILUSTRASI. OECD memperkirakan ekonomi global akan berkontraksi alias minus 6% tahun ini sebelum rebound pada tahun 2021.


Sumber: CNN | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - LONDON. Ekonomi global terjun ke dalam resesi terburuk dalam satu abad. Demikian proyeksi terbaru Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).

OECD memperkirakan ekonomi global akan berkontraksi alias minus 6% tahun ini sebelum rebound pada tahun 2021. OECD mengingatkan bahwa gelombang kedua wabah infeksi virus corona akan menyebabkan lebih banyak gangguan dan bekas luka ekonomi.

Proyeksi OECD itu lebih suram dari lembaga lain. Bank Dunia semisal, memperkirakan pada minggu ini bahwa ekonomi global akan menyusut 5,2% pada tahun 2020.

Baca Juga: OECD sebut ada potensi penyalahgunaan insentif pajak, berikut sarannya

Sementara Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi dunia akan berkontraksi 3%.

"Pada akhir 2021, hilangnya pendapatan melebihi dari resesi sebelumnya selama 100 tahun terakhir di luar masa perang, dengan konsekuensi yang mengerikan dan lama bagi manusia, perusahaan dan pemerintah," kata Kepala Ekonom OECD Laurence Boone seperti dikutip CNN, Rabu (10/6).

OECD, yang mewakili negara-negara ekonomi terbesar di dunia, mengingatkan dampak ekonomi bisa lebih buruk jika wabah corona gelombang kedua terjadi dalam beberapa bulan mendatang.

Itu akan menyebabkan produk domestik bruto (PDB) global berkontraksi 7,6% tahun ini, dengan efeknya baru mulai mereda di paruh kedua 2021.

Selain prospek ekonomi "sangat tidak pasti," OECD tidak bisa membayangkan pemulihan ekonomi yang cepat bahkan jika gelombang kedua infeksi dihindari.
Beberapa industri akan menderita karena berkurangnya aktivitas untuk jangka waktu yang lama meskipun ada program stimulus besar yang dilakukan oleh pemerintah dan bank sentral.

"Gangguan yang diakibatkan oleh pandemi corona kemungkinan akan meninggalkan bekas luka yang bertahan lama di banyak negara. Standar hidup telah berkurang secara signifikan, pengangguran didorong jauh di atas tingkat sebelum krisis, meningkatkan risiko banyak orang terjebak dalam pengangguran yang lebih lama,"  tulis OECD dalam sebuah laporan.

Baca Juga: Konsumsi melemah, ekonom ini proyeksikan ekonomi kuartal II-2020 bisa minus 3%

Eropa terpukul paling keras

Dalam skenario gelombang kedua infeksi corona bisa dihindari, OECD memperkirakan ekonomi Inggris menyusut sebesar 11,5% tahun ini. Sementara ekonomi Spanyol, Prancis dan Italia akan berkontraksi lebih dari 11%.

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan menyusut 7,3% pada tahun 2020.

OECD memuji pemerintah di dunisa karena mengerahkan sejumlah besar stimulus dalam menanggapi krisis. Tetapi OCDD mengingatkan bahwa pembuat kebijakan tidak akan dapat mendukung upah sektor swasta, pekerjaan dan kegiatan bisnis dalam jangka panjang.

Modal dan pekerja perlu pindah dari bagian ekonomi yang rusak ke sektor-sektor yang sedang tumbuh. Meskipun ini tidak akan terjadi dengan cukup cepat untuk mencegah pengangguran meningkat, OECD menyebutkan pemerintah harus mengizinkan perusahaan untuk merestrukturisasi dengan cepat dan memberikan dukungan upah dan pelatihan kepada pekerja.

Baca Juga: Menuju new normal, ADB ingatkan pemerintah merupakan kekuatan utama


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×