kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

IMF: Inflasi dan Perlambatan Ekonomi China Sangat Berisiko Bagi Asia


Jumat, 02 Desember 2022 / 15:16 WIB
IMF: Inflasi dan Perlambatan Ekonomi China Sangat Berisiko Bagi Asia
ILUSTRASI. Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva menyebut inflasi dan perlambatan ekonomi China bisa berisiko bagi prospek ekonomi Asia. Georgieva mendesak agar para pembuat kebijakan untuk menyusun kembali landasan kebijakan mereka.

Georgieva mengatakan, ekonomi yang terdiri dari negara-negara ASEAN adalah titik terang dalam ekonomi global karena diproyeksikan tumbuh 5% tahun ini. Namun, diprediksi akan turun sedikit tahun 2023.

Di sisi lain, Georgieva memperingatkan bahwa prospek itu sangat tidak pasti dan sebagian besar masih akan dipengaruhi oleh beragam risiko yang muncul dari perang di Ukraina, pengetatan keuangan global, dan perlambatan pertumbuhan China.

Baca Juga: ASEAN Diproyeksi Jadi Wilayah Strategis Pengembangan Industri Baja Global

"Tantangan global mendesak lainnya adalah inflasi. Diperkirakan rata-rata hanya 4% di Asia tahun ini. Tapi tekanan inflasi di kawasan meningkat," kata Georgieva pada forum ASEAN+3 yang diadakan di Singapura hari Jumat (2/12), seperti dikutip Reuters.

Pembatasan aktivitas yang sangat ketat di China akibat wabah Covid-19 telah membebani pertumbuhan global yang sudah melambat. Aktivitas ekonomi domestik terhambat dan mengganggu rantai pasokan untuk produsen di seluruh dunia.

Megutip Reuters, dampak dari perlambatan ekonomi China berhasil memberi pukulan keras kepada Asia, di mana aktivitas pabrik merosot di seluruh wilayah tersebut pada bulan November.

Baca Juga: IMF Mengakui Perang Ukraina Jadi Faktor Negatif Utama Bagi Perekonomian Dunia

Pada forum yang sama, Presiden Bank Pembangunan Asia, Masatsugu Asakawa, mendesak para pembuat kebijakan Asia untuk mewaspadai tanda-tanda keluarnya arus modal secara tiba-tiba yang didorong oleh kenaikan suku bunga AS yang stabil.

"Kami sudah melihat risiko pengetatan agresif kebijakan moneter AS untuk melawan inflasi, yang dapat memicu pembalikan aliran modal secara tiba-tiba atau depresiasi mata uang yang tajam," ungkap Asakawa.

Di sisi lain, Gubernur Bank of Japan, Haruhiko Kuroda, justru mengatakan dia tidak melihat risiko yang signifikan bagi Asia dalam menghadapi krisis keuangan baru atau hilangnya kepercayaan secara tiba-tiba.

Namun, Kuroda tetap mengingatkan semua pihak untuk tidak berpuas diri karena beberapa negara Asia melihat buffer kebijakan mereka berkurang, terutama setelah mengeluarkan anggaran besar dalam upaya melawan Covid-19.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×