Sumber: CNBC | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BALI. Kepala IMF Kristalina Georgieva mengakui bahwa perang di Ukraina adalah faktor tunggal dan terpenting yang mempengaruhi kondisi ekonomi global tahun ini, bahkan hingga tahun depan.
Dalam wawancaranya dengan CNBC hari Rabu (16/11), Georgieva menyebut perang telah merusak prospek pertumbuhan secara luas.
"Kami menilai perang di Ukraina sebagai satu-satunya faktor negatif terpenting bagi perekonomian dunia tahun ini, kemungkinan besar juga tahun depan. Semua yang menyebabkan kecemasan tentu saja merusak prospek pertumbuhan dan pemenuhan kebutuhan di mana pun," kata bos IMF.
Sebelumnya, IMF telah mengeluarkan peringatan tentang fragmentasi ekonomi global akibat perang Rusia-Ukraina.
Mereka akhirnya memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2023 menjadi hanya 2,7%. Untuk tahun 2022, IMF sebelumnya memprediksi ada pertumbuhan hingga 3,2%.
Baca Juga: IMF: Prospek Ekonomi Global Semakin Suram
Dalam laporan yang dirilis bulan Oktober, IMF mengakui bahwa angka tersebut menandai pertumbuhan terlemah sejak 2001 di luar krisis keuangan global dan fase akut pandemi Covid-19.
"Kita pernah melihat kondisi ini karena Covid dan karena perang di Ukraina, rantai pasokan terganggu dan merusak pertumbuhan di dalam negeri dan internasional," lanjut Georgieva.
Georgieva menyampaikan kekhawatiran munculnya blok yang memisahkan dunia. Menurutnya, dunia harus membayar lebih mahal lagi untuk memenuhi kebutuhannya.
Georgieva menjadikan Asia dan Pasifik sebagai contoh wilayah yang terkena dampak dari perang dagang antara AS dan China.
Baca Juga: Lima Bank Sentral di ASEAN Menandatangani MoU Pembayaran Lintas Batas Regional
Dua kawasan tersebut dapat kehilangan lebih dari 3% produk domestik bruto jika perdagangan dihentikan di sektor-sektor yang terkena sanksi chip AS terhadap China.
"Kita harus memproyeksikan konsekuensi dari tindakan yang akan diambil dengan sangat hati-hati untuk mencegah kita masuk ke dunia yang miskin dan kurang aman," pungkasnya.
Komentar tersebut disampaikan Georgieva di sela-sela KTT G20 yang dilaksanakan di Bali, Indonesia.
Dia turut menekankan bahwa KTT G20 fokus pada masalah yang sangat mendesak seperti inflasi global, kenaikan biaya hidup, ketahanan pangan dan energi.