Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - DUBAI. Pertumbuhan kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) diperkirakan meningkat menjadi 4% pada tahun depan. Dana Moneter Internasional alias International Monetary Fund (IMF) mengatakan, penghentian bertahap, pemotongan produksi minyak dan meredanya hambatan termasuk dari konflik akan menjadi penentu pergerakan pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut.
Pada tahun 2024, pertumbuhan di kawasan tersebut akan tetap lamban pada 2,1% pada tahun 2024 menurut Prospek Ekonomi Regional terbaru IMF. Proyeksi tersebut lebih rendah dari sebelumnya karena faktor geopolitik dan ekonomi makro yang membebani.
IMF memperingatkan, ada risiko pada seluruh kawasan, termasuk Kaukasus dan Asia Tengah yang condong ke sisi negatif. IMF menyerukan percepatan reformasi struktural, termasuk dalam tata kelola dan pasar tenaga kerja, untuk mengangkat prospek pertumbuhan jangka menengah.
Baca Juga: World Bank Perkirakan Harga Komoditas akan Anjlok hingga Tahun 2026
"Untuk tahun 2024, estimasi pertumbuhan Middle East dan North Africa telah direvisi turun sebesar 0,6% dari laporan April, karena konflik Israel-Hamas yang terus berlanjut dan perpanjangan pemotongan produksi minyak sukarela OPEC+," kata Jihad Azour, direktur IMF untuk departemen Timur Tengah dan Asia Tengah, dalam sebuah wawancara dikutip Reuters.
Azour menambahkan, kabar baiknya adalah inflasi secara bertahap berhasil dikendalikan di seluruh kawasan, dan diharapkan mencapai rata-rata tingkat target 3% pada tahun 2024, kecuali Mesir, Iran, dan Sudan.
"Namun, prospeknya sangat bervariasi di seluruh kawasan, dengan negara-negara pengekspor minyak diharapkan dapat mengatasi risiko potensial dengan lebih baik, didukung oleh pertumbuhan sektor non-minyak yang kuat," kata Azour.
Di tengah harga minyak yang lebih rendah dan produksi minyak yang lebih rendah tahun ini, pertumbuhan non-minyak di kawasan Dewan Kerjasama Teluk (GCC), sebagian besar telah mengungguli pertumbuhan keseluruhan. Ini karena program investasi yang dipimpin pemerintah membantu mendorong permintaan domestik. Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, dan Oman merupakan bagian dari GCC.
Negara-negara pengimpor minyak di Timur Tengah dan Afrika Utara tetap lebih rentan terhadap konflik yang sedang berlangsung dan kebutuhan pembiayaan yang tinggi.
"Meskipun masalah-masalah ini berangsur-angsur mereda, ketidakpastian tetap tinggi dan kesenjangan struktural kemungkinan akan menghambat pertumbuhan produktivitas di banyak negara dalam jangka waktu yang diperkirakan," kata laporan IMF.
IMF telah menyetujui pendanaan baru senilai US$ 13,4 miliar untuk negara-negara Timur Tengah dan Asia Tengah sejak Januari 2024, termasuk untuk program-program di Mesir, Yordania, dan Pakistan.
Baca Juga: Dinamika Pasar Global Membikin Rupiah Kembang Kempis