Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Aktivitas manufaktur China pada bulan Juni 2024 masih menunjukkan tanda kontraksi. Sementara aktivitas jasa, merosot ke level terendah dalam lima bulan. Data ini menimbulkan spekulasi stimulus masih akan berlanjut, ketika perekonomian China sedang berjuang untuk bangkit kembali.
Data National Bureau of Statistics (NBS) yang dirilis Minggu (30/6) menunjukkan indeks manajer pembelian (PMI) berada di level 49,5 pada Juni, tidak berubah dari Mei. Angka PMI di bawah 50 menunjukkan bahwa terjadinya kontraksi.
Baca Juga: IHSG Sepekan Ini Menguat 2,67%
Realisasi PMI ini sejalan dengan perkiraan median dari jajak pendapat Reuters yang memperkirakan di 49,5. "Aktivitas industri seharusnya lebih kuat. Tapi China gagal menangkap momentum ekspor yang telah menjadi pendorong utama perekonomian tahun ini," kata Xu Tianchen, Ekonom Senior Economist Intelligence Unit, dikutip Reuters.
Xu menambahkan, permintaan eksternal dan domestik tidak mampu menyerap kapasitas manufaktur China sehingga menghambat pemulihan harga produsen. Meskipun sub-indeks produksi pada Juni di atas 50. Data NBS menunjukkan, pesanan baru, stok bahan mentah, lapangan kerja, waktu pengiriman dan pesanan ekspor baru lainnya dalam kondisi kontraksi.
Ekspor China melebihi perkiraan pada bulan Mei. Namun para analis meragukan apakah penjualan ekspor masih tetap positif mengingat kondisi perdagangan antara China dan negara-negara Barat masih tegang. Sementara itu, krisis properti yang berkepanjangan terus menyeret permintaan dalam negeri.
Data NBS juga menunjukkan jika PMI non-manufaktur yang mencakup jasa dan konstruksi turun menjadi 50,5 dari 51,1 pada bulan Mei, terendah sejak Desember. PMI jasa juga merosot ke 50,2, atau menjadi level terendah dalam lima bulan. Sementara PMI konstruksi merosot ke 52,3, terlemah sejak Juli 2023. Analis memperkirakan China akan meluncurkan lebih banyak stimulus untuk mendorong konsumsi domestik.
Baca Juga: Industri TPT Lesu, Begini Penjelasan Apindo