Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Indeks S&P 500 diperkirakan mencapai rekor tertinggi pada tahun 2024. Ini sejalan dengan optimisme Amerika Serikat (AS) terhindar dari resesi. Median dalam survei Markets Live Pulse (MLIV) Bloomberg atas 518 responden memperkirakan indeks S&P 500 akan naik ke level 4.808 di tahun 2024.
Angka ini melampaui puncak tertinggi, yang terjadi pada Januari 2022, yaitu 4.797. Sementara, imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun akan turun jadi 3,8% dari level tertinggi tahun ini, yaitu 5%.
Lebih dari dua pertiga responden survei mengidentifikasi penurunan perekonomian yang dapat menjadi risiko utama bagi pasar. Mayoritas responden juga memperkirakan penurunan suku bunga The Federal Reserve terjadi sebelum Juli 2024.
Baca Juga: Wall Street Dibuka Turun Senin (11/12), Jelang Data Inflasi dan Pertemuan The Fed
Prospek bullish itu sangat kontras dengan ekspektasi yang muncul tahun ini, saat kekhawatiran mengenai kebijakan The Fed yang sangat hawkish menjadi penyebab utama resesi AS. Investor pun memilih bersiap menghadapi pasar yang bergejolak.
Nyatanya, pasar tenaga kerja tetap tangguh dan pendapatan perusahaan di Negeri Paman Sam pulih lebih cepat daripada perkiraan.
Ahli strategi top Wall Street di Deutsche Bank AG dan RBC Capital Markets juga memperkirakan harga saham di AS akan mencapai level tertinggi sepanjang masa pada 2024. Hal itu karena perusahaan telah beradaptasi dengan suku bunga tinggi.
Ahli strategi Bank of America Corp., Michael Hartnett, mengakui, penurunan yield treasury dalam beberapa bulan terakhir telah memicu kenaikan harga di bursa saham. Tapi menurut dia, penurunan lebih lanjut hingga yield mendekati 3% pada tahun depan, menandakan perekonomian yang terpuruk dan justru akan menjadi hambatan kenaikan harga saham.
Baca Juga: Pasar Tenaga Kerja AS Menguat, Aksi Jual di Pasar Obligasi Global Terjadi
Ahli strategi Goldman Sachs Group menyarankan publik tetap berinvestasi di saham dan menghindari menjual saat pasar volatil. Sebanyak 26% responden Bloomberg akan meningkatkan kepemilikan saham di bulan Januari.