Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konfederasi Industri Inggris (CBI) melaporkan dalam tiga bulan belakangan industri di Inggris mengalami pertumbuh paling lambat dalam enam tahun terakhir. Ketakutan akan no-deal Brexit, yang berpotensi memicu pembatasan perdagangan global baru jadi penyebabnya.
Dikutip dari Reuters, Minggu (3/3). Index CBI untuk sektor swasta mencapai minus 3 pada Februari, dimana sbelumnya pada Januari masih punya nilai 1. Nilai tersebut merupakan yang paling rendah sejak April 2013. Dimana ketika itu, Inggris masih memulihkan ekonominya setelah krisis global.
CBI juga memperkirakan dalam tiga bulan ke depan perlambatan masih akan terjadi, mengingat rencana Inggris keluar dari keanggotaan Uni Eropa atau yang lebih dikenal dengan British Exit (Brexit).
No-deal Brexit sendiri bikin Inggris akan segera berpisah dari Uni Eropa pada 29 Maret 2019. lebih cepat dari yang diperkirakan. Akibatnya, tak ada transisi keluarnya Inggris dari Eropa, sehingga tak ada kepastian relasi antar Inggris dan Eropa di masa mendatang.
“Lebih banyak perusushaan yang tengah mengerem investasinya dan membuat kegiatan bisnis menjadi lebih problmatik,” kata Chief Economist CBI Rain Newton Smith.
Sebuah survei juga menunjukan bahwa industri manufaktur telah meningkatkan ketersediaan bahan baku lebih banyak dibandingkan negara-negara ekonomi maju lainnya.
Tindakan tersebut dilakukan guna meminimalisir kemungkinan keterlambatan pengiriman barang setelah no-deal Brexit. Sementara survei tersebut dilakukan CBI dari 650 perusahaan ritel, manufaktur, dan jasa.
Bank of England bahkan memprediksi tingkat pertumbuhan Ekonomi kuartal 1/2019 hanya mampu mencapai 0,2%. Dan pertumbuhan sepanjang 2019 diproyeksi akan menjadi yang paling rendah sejak 2009, meskipun Brexit berjalan mulus.
Selain terkait Brexit, hal tersebut juga disebabkan rekan dagang Inggris di Eropa yang juga menghadapi perlambatan pertumbuhan akibat perang dagang Amerika dengan China.