Sumber: Fortune | Editor: Noverius Laoli
“Apa yang terjadi sekarang adalah merek mencoba memperbaikinya, dan mencoba menghidupkan kembali hubungan ini dengan pelanggan ini tanpa kehilangan eksklusivitas mereka.”
Namun, mempertahankan eksklusivitas di era media sosial bukan perkara mudah. Generasi muda, khususnya Gen Z, tumbuh dalam budaya berbagi dan mengekspresikan identitas secara daring.
Pesta tanpa kamera dan ruang eksklusif tanpa perekaman kini tinggal kenangan, tergantikan oleh unggahan instan di media sosial.
Baca Juga: Aice Jadi Pilihan Es Krim Kalangan Gen Z dan Mampu Kantongi Award
“Kemewahan selalu tentang pamer,” ujar D’Arpizio, pimpinan divisi mode global dan barang mewah Bain & Co.
“Generasi sebelumnya memamerkan kekayaan dan prestasi hidup, sekarang lebih banyak menampilkan kepribadian, estetika pilihan, dan kualitas hidup.”
Menurutnya, Gen Z memiliki dua dorongan utama yang saling bertentangan namun sama-sama kuat: keinginan untuk mengekspresikan diri dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri.
“Ini adalah pendorong besar konsumsi barang mewah. Merek-merek mewah menawarkan ruang untuk menyesuaikan diri, namun di dalamnya tetap memungkinkan gaya pribadi berkembang dan menjadi bentuk ekspresi diri,” jelasnya.
Baca Juga: Samsung S25 Punya AI Canggih yang Bisa Bantu Gen Z Bikin Konten Viral
D’Arpizio menambahkan, media sosial telah menjadi pendorong utama konsumsi barang mewah. Potensi berbagi dengan audiens luas tidak hanya menciptakan pasar baru, tetapi juga memaksa merek untuk memperluas jangkauan komunikasi mereka.
“Jadi ya, mereka ingin menjadi eksklusif, tetapi mereka tahu kekuatan media sosial,” pungkasnya.