Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
Inflasi Filipina - MANILA. Inflasi Filipina kembali naik di bulan September, menandai kenaikan selama dua bulan berturut-turut. Situasi ini terjadi salah satunya didorong oleh kenaikan harga beras di kawasan ASEAN.
Mengutip CNA, kenaikan harga beras mendorong inflasi tahunan meningkat sebesar 6,1% pada bulan September, laju tercepat dalam empat bulan terakhir.
Angka inflasi bulan lalu membawa inflasi Filipina rata-rata tahun ini menjadi 6,6%.
Menurut data dari Otoritas Statistik Filipina yang dirilis pada hari Kamis (5/10), angka inflasi Filipina di bulan September lebih tinggi dari bulan Agustus, yaitu 5,3%. Kenaikan itu akan membuat target bank sentral sebesar 2-4% pada tahun ini lebih sulit dicapai.
Baca Juga: Malaysia Minta Negara Pemasok Beras Utama ASEAN untuk Prioritaskan Anggotanya
Sementara itu, Badan Perencanaan Ekonomi Filipina juga mengatakan pihaknya akan merekomendasikan perpanjangan penurunan tarif beras hingga Desember 2024. Pengumuman itu disampaikan sehari setelah Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mencabut batasan harga beras.
Marcos menyalahkan para penimbun, penyelundup, dan manipulator harga atas kenaikan harga bahan pokok nasional ketika pasokan beras nasional sebenarnya masih sangat mencukupi.
Kenaikan harga beras di Filipina meningkat sebesar 17,9% pada bulan September, jadi laju kenaikan tercepat dalam lebih dari 14 tahun. Kondisi ini mendorong tingkat inflasi pangan Filipina ada di angka 10,0% di bulan yang sama.
Di sisi lain, Filipina sebenarnya mengalami sedikit perlambatan dalam tekanan harga. Inflasi inti, tidak termasuk harga makanan dan energi, turun menjadi 5,9% pada bulan September dari 6,1% di bulan Agustus.
Baca Juga: Harga Beras Impor Meroket, Masyarakat Malaysia Berebut Beras Lokal
Inflasi yang lebih cepat dari perkiraan pada bulan September dapat meyakinkan Bank Sentral Filipina atau Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP) untuk melanjutkan kenaikan suku bunga.
Sebelum ini BSP telah mempertahankan suku bunga acuan tetap stabil pada dua pertemuan terakhirnya.
Pengamat ekonomi ING, Nicholas Mapa, memprediksi situasi ini akan mendorong satu atau dua kali kenaikan suku bunga lagi hingga tahun 2023 berakhir.
"Poin data ini dan pergeseran jalur inflasi kemungkinan akan mendorong satu atau dua kali (kenaikan suku bunga) tahun ini, meskipun meskipun kami merasa waktunya mungkin lebih terkait dengan potensi kenaikan suku bunga The Fed di awal bulan November," kata Mapa.