kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inflasi Inggris mencapai 2,1% pada Mei


Rabu, 16 Juni 2021 / 20:14 WIB
Inflasi Inggris mencapai 2,1% pada Mei
ILUSTRASI. Ilustrasi belanja di Inggris. REUTERS/Kevin Coombs/File Photo GLOBAL BUSINESS WEEK AHEAD


Reporter: Amanda Christabel | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - LONDON. Inggris mencatat kenaikan inflasi secara tak terduga di atas target Bank of England (BoE), yaitu menanjak lebih dari 2% dari yang ditargetkan pada Mei 2021. Kini angkanya mencapai 2,1% dan tampaknya akan meningkat lagi lantaran Inggris kembali membuka ekonominya setelah melakukan lockdown.

Kenaikan inflasi dari 1,5% pada April 2021 sebagian besar didorong oleh perbandingan dengan harga pada Mei 2020 ketika negara itu melakukan lockdown pertama. Terutama untuk sektor pakaian, bahan bakar kendaraan, permainan, dan makanan yang dapat dibawa pulang.

Sebuah pernyataan yang dikutip dari Reuters pada Rabu (16/6) dari para ekonom telah menunjukkan kenaikan inflasi menjadi 1,8%. Investor di seluruh dunia menilai risiko lonjakan inflasi yang berkelanjutan, terutama di Amerika Serikat di mana inflasi tahunan mencapai 5% pada Mei, tertinggi dalam hampir 13 tahun, dan di mana Presiden AS Joe Biden telah mengusulkan paket stimulus $6 triliun.

Jack Leslie, ekonom di lembaga Resolution Foundation, percepatan pertumbuhan inflasi dari 0,3% pada November 2020 menjadi 2,1% pada Mei 2021 ini mewakili kenaikan enam bulan tercepat sejak pound sterling runtuh setelah krisis keuangan 2008 sampai 2009.

Baca Juga: Danareksa Research Institute memperkirakan BI tahan suku bunga acuan

Bank of England mengatakan pihaknya memperkirakan inflasi akan mencapai 2,5% pada akhir tahun ini, karena ekonomi dibuka kembali setelah lockdown dan karena harga minyak global naik. 

Inflasi inti, yang tidak termasuk harga makanan, energi dan barang-barang volatil lainnya, naik menjadi 2% dalam 12 bulan hingga Mei 2021, kata Kantor Statistik Nasional dalam Reuters.

Gubernur Andrew Bailey dan sebagian besar rekannya mengatakan kenaikan inflasi akan bersifat sementara dan tidak mengharuskan bank sentral untuk mengurangi program stimulus besarnya. Diperkirakan kebijakan ini tidak berubah pada 24 Juni 2021 setelah pertemuan terakhirnya.

Kepala Ekonom Andy Haldane mengatakan, pekan lalu pembuat kebijakan pada Bank of England menghadapi "momen paling berbahaya" sejak 1992, ketika pemerintah menghapus poundsterling dari European Exchange Rate Mechanism, pendahulu euro.

Ada tanda-tanda penekanan harga ke depannya dalam data hari Rabu (16/6). Harga yang dibayarkan oleh produsen untuk input mereka naik 10,7% dalam 12 bulan hingga Mei 2021, tertinggi sejak September 2011, dan harga yang mereka kenakan naik 4,6%, ini merupakan kenaikan terbesar sejak Januari 2012.

Selanjutnya: Harap-harap cemas menunggu FOMC, sederet mata uang di Asia tergelincir




TERBARU

[X]
×