kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Inflasi masih rendah, BoJ diperkirakan pertahankan pelonggaran moneter


Jumat, 22 Juni 2018 / 20:25 WIB
Inflasi masih rendah, BoJ diperkirakan pertahankan pelonggaran moneter
ILUSTRASI. Kurs yen - dollar AS


Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Inflasi inti Jepang tetap tenang pada bulan Mei. Ini menambah tekanan seberapa jauh bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BoJ) akan mampu mencapai target harga 2%, meskipun selama lima tahun stimulus besar-besaran telah dikucurkan.

Mengutip Reuters, Jumat (22/6), tingkat inflasi yang masih sangat lemah merupakan alasan lain mengapa BoJ diperkirakan akan mengambil beberapa waktu sebelum keluar dari kebijakan pelonggaran moneternya, bahkan ketika bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) dan Bank sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) perlahan meninggalkan kebijakan pelonggaran moneter.

Data dari Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang menunjukkan indeks harga konsumen inti Jepang naik 0,7% year on year (yoy) di bulan Mei, tidak berubah dari April. Angka yang dicapai bulan Mei lalu ini mengkonfirmasi estimasi median para ekonom.

"Bank of Japan memiliki sedikit keberhasilan dalam mengangkat ekspektasi inflasi di antara rumah tangga dan perusahaan. Hasilnya adalah kebijakan pengetatatn moneter masih jauh untuk bisa diterapkan" kata Marcel Thieliant, ekonom senior Jepang di Capital Economics, dilansir dari Reuters, Jumat (22/6).

Perekonomian Jepang diekspektasikan mampu rebound pada kuartal II/2018 setelah pada kuartal I/2018 mengalami kontraksi yang menandai berhentinya pertumbuhan ekonomi. Dari segi resiko, Jepang masih menghadapi sejumlah resiko terkait outlook-nya, belum lagi adanya ancaman ketegangan perdagangan antara AS dan China yang dikhawatirkan akan mampu mengguncang pasar finansial.



TERBARU

[X]
×