kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45900,26   1,51   0.17%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ingin dialog dengan China, tapi Taiwan tolak syarat satu negara dua sistem


Rabu, 20 Mei 2020 / 14:01 WIB
Ingin dialog dengan China, tapi Taiwan tolak syarat satu negara dua sistem
ILUSTRASI. Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengunjungi Komando Angkatan Darat ke-6, menjelang Tahun Baru Imlek, di Taoyuan, Taiwan, 25 Januari 2019.


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Presiden Tsai Ing-wen mengatakan, Taiwan menginginkan dialog dengan China tetapi tidak bisa menerima syarat "satu negara, dua sistem". Ia menyerukan kedua belah pihak menemukan cara untuk hidup berdampingan.

Dalam pidatonya setelah pelantikan untuk masa jabatan keduanya dan terakhir, Rabu (20/5), Tsai menyatakan, hubungan antara Taiwan dan China telah mencapai titik balik historis.

"Kedua belah pihak memiliki kewajiban untuk menemukan cara untuk hidup berdampingan dalam jangka panjang dan mencegah intensifikasi antagonisme dan perbedaan," katanya seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Taiwan tolak syarat China biar bisa ambil bagian di WHO, apa itu?

Tsai dan Partai Progresif Demokratik yang memenangkan pemilihan presiden dan parlemen pada Januari lalu dengan telak, bersumpah untuk menentang China, yang mengklaim Taiwan sebagai miliknya dan di bawah kendali Beijing.

"Di sini, saya ingin mengulangi kata-kata perdamaian, paritas, demokrasi, dan dialog. Kami tidak akan menerima penggunaan Beijing, satu negara, dua sistem untuk menurunkan peringkat Taiwan dan merusak status quo lintas-selat. Kami berdiril dengan prinsip ini," tegas Tsai.

China menggunakan kebijakan "satu negara, dua sistem", yang seharusnya menjamin tingkat otonomi yang tinggi, untuk memerintah Hong Kong, bekas kolini Inggris yang kembali ke Pemerintahan Tiongkok pada 1997. 

Baca Juga: Militer China gelar latihan militer selama 2,5 bulan, menargetkan Taiwan?

China juga menawarkan kebijakannya tersebut ke Taiwan dan pernah mengatakan, akan membawanya di bawah kendali Beijing dengan kekuatan jika diperlukan. Tapi, semua partai-partai besar di Taiwan telah menolaknya.

Tsai menyebutkan, Taiwan adalah negara merdeka yang dia sebut sebagai Republik China, dan tidak ingin menjadi bagian dari Republik Rakyat Tiongkok di bawah perintah Beijing.

China telah meningkatkan latihan militernya di dekat Taiwan sejak pemilihan presiden yang dimenangkan Tsai. Tiongkok menerbangkan jet tempur ke ruang udara pulau itu dan kapal perangnya berlayar di sekitar Taiwan.

Baca Juga: Kapal perang AS kembali berlayar di Selat Taiwan sepekan jelang pelantikan presiden

Tsai mengatakan, Taiwan telah melakukan upaya terbesar untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan yang sempit, yang memisahkan pulau demokrasi itu dari tetangganya yang otokratis, China.

"Kami akan melanjutkan upaya-upaya ini, dan kami bersedia untuk terlibat dalam dialog dengan China dan memberikan kontribusi yang lebih konkret untuk keamanan regional," ujarnya yang berpidato di taman bekas rumah gubernur Jepang di Taipei, di depan pejabat dan diplomat dengan menerapkan jarak sosial.

Tsai menyatakan, Taiwan akan terus berjuang untuk berpartisipasi dalam organisasi internasional, dan "meningkatkan hubungan dengan Amerika Serikat, Jepang, Eropa, dan negara-negara yang sepaham".




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×