Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
2. Memperebutkan cadangan minyak dan gas alam di dasar Laut China Selatan
Selama beberapa dekade, AS telah menjamin kebebasan navigasi di perairan Asia, berpatroli di laut dengan tujuan untuk mempertahankan prinsip bahwa tidak ada negara berdaulat yang akan mengalami gangguan dari negara lain. Hal ini ditanggapi China dengan mengerahkan kekuatan militernya.
Namun, Mantan Komandan Sekutu Tertinggi NATO dan pensiunan Angkatan Laut AS, Laksamana James Stavrdis dalam opininya di Bloomberg mengungkapkan, sebenarnya, baik AS maupun China tengah memperebutkan cadangan minyak dan gas alam di dasar Laut China Selatan.
Baca Juga: Ikut diprotes Indonesia, Amerika desak PBB tolak klaim China di Laut China Selatan
Menurut Stavrdis, China telah mengklaim sebagian besar Laut China Selatan merupakan laut teritorialnya. Dan saat hubungan China dan AS memburuk dipicu virus corona dan faktor politik, di mana tahun ini pemilihan presiden AS, peluang konflik dengan China meningkat.
Stavrdis menjelaskan, LCS menjadi titik nyala yang dapat memicu perang AS-China didasarkan banyak penyebab selain yang sudah dituliskan sebelumnya.
Dasar-dasar historis klaim China terhadap wilayah ini kembali ke pelayaran laksamana Zheng He abad ke-15. Stavrdis menulis tentang laksamana Zheng dalam buku terbarunya "Sailing True Nort". Kendati begitu, Stavrdis mengatakan, China tidak memiliki dasar hukum untuk mengklaim seluruh Laut China Selatan sebagai danau pribadi mereka. Klaim China ini telah ditolak dengan tegas oleh semua negara yang berada di sekitar badan air ini dan pengadilan internasional.
Baca Juga: Kapal Induk terbaru Gerald Ford bersiap terhubung dengan armada perang AS di Atlantik
Untuk melawan klaim China, Angkatan Laut AS melakukan apa yang disebut kebebasan patroli, yang menunjukkan bahwa Laut China Selatan adalah perairan internasional, atau laut lepas.