kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inilah Dampak Malapetaka Gelombang Panas untuk Anak-anak, Warning dari UNICEF


Kamis, 27 Oktober 2022 / 09:22 WIB
Inilah Dampak Malapetaka Gelombang Panas untuk Anak-anak, Warning dari UNICEF
ILUSTRASI. Menurut laporan baru UNICEF PBB, gelombang panas diperkirakan akan berdampak pada hampir setiap anak di dunia. REUTERS/Denis Balibouse


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BRUSSELS. Menurut laporan baru UNICEF PBB, gelombang panas diperkirakan akan berdampak pada hampir setiap anak di dunia pada pertengahan abad ini. 

Dilansir dari UPI, mereka menyebut perubahan iklim sebagai "krisis hak-hak anak." 

UNICEF mengeluarkan peringatan Selasa (25/10/2022) mengatakan data baru menunjukkan setiap anak di Bumi, lebih dari 2 miliar secara keseluruhan, akan terkena gelombang panas yang lebih sering, tahan lama dan lebih parah pada tahun 2050.

Sementara anak-anak di wilayah utara akan mengalami peningkatan yang lebih dramatis, hampir setengah dari semua anak di Afrika dan Asia akan menghadapi paparan suhu yang sangat tinggi secara terus-menerus di atas 95 derajat, menurut data.

“Krisis iklim adalah krisis hak-hak anak dan telah mengambil korban yang menghancurkan kehidupan dan masa depan anak-anak,” kata Catherine Russell, direktur eksekutif UNICEF, dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Target Baru Penurunan Emisi Karbon

"Kebakaran hutan dan gelombang panas di India, Eropa dan Amerika Utara adalah contoh lain yang serius dari dampak perubahan iklim pada anak-anak," kata Russell.

Sebuah studi baru-baru ini oleh World Weather Attribution juga menemukan perubahan iklim buatan manusia memicu kekeringan global, kebakaran, dan gelombang panas tahun ini.

Data baru yang diterbitkan dalam laporan UNICEF, yang disebut "Tahun Terdingin dari Sisa Hidup Mereka," menunjukkan anak-anak menghadapi risiko lebih besar dari panas yang ekstrem.

Anak-anak kurang mampu mengatur suhu tubuhnya dibandingkan dengan orang dewasa membuat mereka lebih rentan terhadap kondisi pernapasan kronis, asma dan penyakit kardiovaskular.

Laporan tersebut juga menemukan bahwa meskipun emisi gas rumah kaca lebih rendah, suhu diperkirakan masih akan naik sekitar 1,7 derajat pada tahun 2050 dan dapat naik sebanyak 2,4 derajat dengan skenario emisi gas rumah kaca yang sangat tinggi, kata laporan itu.

Baca Juga: Visi 2030, Ambisi Diversifikasi Ekonomi Saudi di Tengah Dorongan Transisi Energi

UNICEF menggunakan data dalam laporan tersebut untuk menyerukan kepada semua negara agar menjadikan anak-anak sebagai fokus dari semua keputusan iklim di masa depan.

“Dunia sangat perlu berinvestasi dalam membangun ketahanan mereka dan dalam mengadaptasi semua sistem yang diandalkan anak-anak untuk menghadapi tantangan iklim yang berubah dengan cepat,” kata UNICEF.

Sekjen PBB juga mengatakan panas ekstrem pada akhirnya akan mengancam umat manusia dan tidak ada negara yang kebal.

Di antara rekomendasi, UNICEF meminta negara-negara untuk bersiap sekarang dengan mengadaptasi layanan sosial untuk melindungi anak-anak.

Negara-negara harus mempersiapkan anak-anak untuk hidup di dunia yang berubah iklim, memprioritaskan anak-anak dalam semua keputusan keuangan iklim dan secara drastis mengurangi emisi gas rumah kaca untuk mencegah perubahan malapetaka iklim.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "UNICEF Peringatkan Dampak Malapetaka Gelombang Panas, Berpotensi Hancurkan Masa Depan Anak"
Penulis : Tito Hilmawan Reditya
Editor : Tito Hilmawan Reditya




TERBARU

[X]
×