Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Adaptasi luas dari mesin pembakaran pada awal abad ke-20 mendorong minyak menjadi komoditas terpenting di dunia. Negara-negara kaya sumber daya seperti, Rusia, adalah penerima manfaat dari tatanan energi global baru. Pendahulunya, Uni Soviet dan Imperial Russia, sudah menjadi produsen minyak pertama dan terpenting di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Sektor minyak negara itu, bagaimanapun, menghadapi tantangan untuk mempertahankan tingkat produksinya saat ini.
Mengutip Oilprice.com, meskipun Rusia berada di peringkat 8 dalam hal cadangan minyak, Rusia merupakan produsen terbesar kedua dunia dengan tingkat produksi mencapai 11,2 juta barel per hari (mb/d). Amerika Serikat memproduksi lebih banyak minyak dengan dengan rata-rata 12 mb/d pada tahun 2019. Sementara, cadangan minyak Rusia hanya 70% lebih sedikit daripada Arab Saudi, namun setara dalam hal produksi.
Baca Juga: Market masih menanti kesepakatan di atas kertas, harga minyak mendaki
Namun, sebagian besar minyak negara itu berasal dari ladang coklat di Siberia Barat yang telah beroperasi selama beberapa dekade. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan energi Rusia menerapkan teknologi baru untuk mengurangi tingkat penurunan produksi minyak.
Meskipun Moskow telah mengincar Arctic untuk membuka pertambangan minyak baru, sebagian besar kegiatannya masih di Siberia Barat. Oleh karena itu, penurunan produksi adalah ancaman utama bagi keberlanjutan produksi minyak negara. Beberapa perusahaan energi milik negara telah mencapai tingkat penurunan yang jauh lebih rendah dengan menerapkan teknik seperti pemanjangan wellbores, pelacakan sisi untuk mengembalikan integritas sumur bor, dan penggunaan rekahan hidrolik.
Perusahaan seperti Yuganskneftegaz dan Purneftegaz (keduanya anak perusahaan Rosneft) dan Surgutneftegas telah mengurangi tingkat penurunan menjadi sekitar 2% dibandingkan rata-rata 5-6% di seluruh negeri dan 10-15% di Siberia Barat.
Baca Juga: Terpopuler: 34 tahun tak bangun kilang minyak, harta bos Djarum bertambah Rp 32,76 T
Oilprice.com juga menulis, terlepas dari kesulitan yang dihadapi sektor minyak Rusia dalam jangka panjang, negara ini diperkirakan akan sedikit meningkatkan kapasitas produksinya dalam jangka pendek. Ketika memperhitungkan penghasilan ladang baru dan laju deplesi yang lebih lambat, negara tersebut dapat memproduksi 11,35 mb/d pada akhir tahun 2020. Namun, perpanjangan perjanjian OPEC +, dapat memiliki dampak negatif.