Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Skenario 3: Jika terjadi kesepakatan perdagangan, yuan akan terapresiasi bertahap
Dalam situasi ini, nilai yuan akan menguat meski terbatas.
"Ini karena setiap kesepakatan yang terjadi akan meliputi stipulasi yang akan membatasi ruang bagi pelemahan yuan ke depannya. Jika Beijing merasa pelemahan yuan terbatas, Beijing juga akan membatasi penguatan yuan, khususnya jika setiap apresiasi RMB akan sulit dibalikkan secara politis.
Baca Juga: Bank sentral China (PBOC) Kembali Suntik Dana 400 Miliar Yuan
Pemenang dan yang kalah di Asia
Sementara itu, Jameel Ahmad, global head of currency strategy and market research FXTM menilai, anjloknya nilai tukar yuan akan turut mempengaruhi pelemahan mata uang lain di kawasan regional, termasuk rupe India, dollar Singapura, won Korea, ringgit Malaysia, dan rupiah Indonesia.
Di tengah perang dagang, won Korea sepertinya akan menjadi pihak yang mengalami kekalahan terbesar. Menurut analis BofA Merrill Lynch, perdagangan Korea Selatan sangat tergantung pada China dan AS. Sebab, negara ini menjadi rantai suplai antara kedua negara. Di sisi lain, won juga terpukul sentimen perselisihan dengan Jepang, yang kemudian berdampak pada hubungan perdagangan antara keduanya.
Baca Juga: AS tunda kenaikan tarif, bursa China sumringah
BofA Merrill Lynch juga menulis, adapun mata uang yang paling memiliki ketahanan paling tinggi di antara mata uang emerging market adalah baht Thailand.
Di luar upaya bank sentral Thailand untuk melemahkan mata uangnya, baht menguat secara stabil. Hal ini didukung oleh surplus perdagangan Thailand yang cukup besar.