Sumber: New York Times | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - LONDON. Pejabat intelijen Inggris pada hari Selasa (11/10) mengaku saat ini pihaknya akan mulai fokus dalam menghadapi ancaman dari China. Keunggulan China dalam bidang teknologi dinilai dapat menyerang sistem satelit hingga mengendalikan mata uang digital.
Jeremy Fleming, kepala badan intelijen, keamanan, dan siber Inggris (GCH), satu hari sebelumnya juga mengatakan dia skeptis tentang seberapa jauh China akan mendukung agresi Rusia.
Ketika negara-negara Eropa lainnya tengah sibuk mengawasi pergerakan Rusia, Inggris justru mulai mengarahkan pandangannya terhadap China yang saat ini juga mulai banyak bergerak di Asia.
Baca Juga: Dampak Pembatasan Ekspor Chip AS ke China, Saham-saham Teknologi Lanjut Rontok
Menurut Fleming, kedekatan China dan Rusia juga memiliki batas dan memungkinkan raksasa Asia itu untuk bergerak sendiri.
"Saya tidak berpikir kalau ini adalah hubungan yang tanpa batas. Melihat kinerja Rusia di medan perang, rasanya China perlu mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari terus menyelaraskan diri dengan Rusia," ungkap Fleming, seperti dikutip New York Times.
GCH yang dipimpin Fleming memainkan peran yang semakin sentral dalam melacak komunikasi Rusia dan mempersiapkan kemampuan menyambut kemajuan China dalam komputasi kuantum.
Kemampuan digital China dianggap sangat berbahaya karena dapat mengalahkan jenis enkripsi yang digunakan untuk melindungi komunikasi pemerintah dan perusahaan.
Baca Juga: Presiden Taiwan: Berperang dengan China Jelas Bukan Pilihan
"Langkah China untuk mengembangkan mata uang digital bank sentral yang dapat digunakan untuk melacak transaksi sebagai pergeseran yang juga dapat memungkinkan China untuk menghindari sebagian jenis sanksi internasional yang saat ini diterapkan pada rezim Putin di Rusia," lanjut Fleming.
Fleming juga melihat upaya China untuk membangun kemampuan anti-satelit yang kuat agar mampu menghalangi akses negara lain ke luar angkasa jika terjadi konflik.
Meskipun demikian, Inggris seperti kebanyakan negara Eropa lainnya masih sangat akrab dengan produk-produk digital China. Berbeda dengan AS yang mulai melarang berbagai layanan dengan alasan keamanan.
Inggris bahkan mengizinkan Huawei untuk menyediakan beberapa peralatan pendukung internet 5G di negaranya, namun dengan beberapa persyaratan yang ketat. Di AS, layanan serupa dilarang karena dikhawatirkan dapat menimbulkan ancaman keamanan.