Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menegaskan bahwa perang dengan China bukanlah pilihan untuk menyelesaikan masalah kedua negara. Namun, Tsai tetap berkomitmen untuk memperkuat kemampuan pertahanan negara sebagai bentuk pencegahan.
Dalam pidato di Hari Nasional Taiwan pada hari Senin (10/10), Tsai menyayangkan langkah China yang meningkatkan intimidasi dan mengancam perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dan sekitarnya.
Tsai menegaskan bahwa menghormati komitmen rakyat Taiwan terhadap kedaulatan, demokrasi, dan kebebasan adalah jalan menuju hubungan konstruktif di Selat Taiwan.
"Saya ingin menjelaskan kepada otoritas Beijing, bahwa konfrontasi bersenjata sama sekali bukan pilihan bagi kita," kata Tsai, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Taiwan Operasikan Kapal Amfibi Baru Buatan Sendiri, Ini Kehebatannya
Tsai menambahkan, pemerintahnya sangat menantikan hari di mana masyarakat kedua negara bisa saling berkunjung dengan tenang dan aman setelah pandemi demi meredakan ketegangan.
Meski berusaha menjauhi perang, namun Tsai tetap menjadikan penguatan kemampuan militer sebagai kebijakan utama pemerintahnya.
Sejauh ini Taiwan telah meningkatkan produksi massal rudal presisi dan kapal angkatan laut dengan teknologi tinggi. Industri pertahanan Taiwan juga sedang berusaha untuk memperoleh senjata kecil yang sangat mobile demi memastikan kesiapan mereka menghadapi ancaman eksternal.
Pidato Tsai ini disampaikan menjelang kongres Partai Komunis China tanggal 16 Oktober mendatang. Presiden Xi Jinping diprediksi akan memenangkan suara untuk meneruskan kekuasaannya.
Baca Juga: Duta Besar China Ucapkan Terima Kasih kepada Musk atas Proposal Damai Taiwan
Hubungan antara Taiwan dan China yang sudah buruk menjadi semakin buruk setelah Ketua DPR AS Nancy Pelosi berkunjung ke Taipei awal bulan Agustus lalu.
Kunjungan itu dibalas China dengan menggelar latihan militer skala besar di sekitar Selat Taiwan. China melihat kunjungan itu merupakan bentuk dukungan yang nyata dari AS terhadap kemerdekaan Taiwan. Padahal, AS telah menegaskan komitmennya untuk mendukung Kebijakan Satu China.
Segala bentuk gesekan di Selat Taiwan bisa menyeret sejumlah negara, seperti AS dan Jepang, bahkan negara Asia Pasifik lainnya.
Perang di Taiwan juga akan berdampak bagi seluruh dunia, mengingat statusnya sebagai produsen semikonduktor besar yang digunakan dalam segala hal mulai dari smartphone dan tablet hingga jet tempur.