Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
Beberapa pengembang, termasuk Li - yang memiliki 15 pusat perbelanjaan di Hong Kong - telah sepakat untuk memotong harga sewa meskipun ada penurunan tajam dalam pendapatan toko.
Sewa merupakan biaya tunggal terbesar bagi banyak bisnis di Hong Kong. Peritel di Hong Kong biasanya menghabiskan 40% anggaran mereka untuk sewa, dan sekitar 25% bagi pemilik restoran, menurut data statistik pemerintah Hong Kong pada 2017.
"Kita tidak bisa bertahan dalam keadaan seperti ini," kata Wong.
Baca Juga: Polisi Hong Kong tangkap sekitar 400 orang dalam unjuk rasa saat tahun baru
Sementara Li merangkul peran ganda sebagai kapitalis yang kejam dan dermawan, komentar Li yang samar-samar tentang masalah-masalah politik tidak membuat dia disukai kedua belah pihak, China maupun pengunjuk rasa.
Tidak seperti pengembang properti yang bisnisnya terutama di Hong Kong dan China, Li memiliki portofolio beragam yang mencakup Asia, Eropa, Amerika Utara, dan Australia.
"Li perlu mempertimbangkan kedua belah pihak. Dia tidak bisa dianggap sebagai pengikut tajam Partai Komunis, juga tidak bisa berperilaku seperti pendukung demokrasi," kata Joseph P.H Fan, Profesor di Fakultas Akuntansi dan Keuangan Keuangan di The Chinese University of Hong Kong.
Tahun lalu, perusahaan utama Li, CK Hutchison Holdings, menghasilkan lebih dari 80% laba dan pendapatannya di luar Hong Kong dan China daratan.
Baca Juga: Pesan Tahun Baru Xi Jinping: Dengan tulus mengharapkan yang terbaik bagi Hong Kong
"Turunnya sebagian besar bisnisnya di luar negeri berarti Li sanggup mengambil risiko menyinggung Beijing lebih dari perusahaan lain, seperti Cathay Pacific Airways," kata Fan.