Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
Namun, pada saat yang sama, keluarga Li masih memiliki pengaruh yang mengejutkan di Hong Kong. Dari properti dan ritel hingga transportasi dan telekomunikasi, hampir setiap aspek kehidupan di bekas jajahan Inggris tersentuh oleh kerajaan bisnis Li.
Namun keberhasilan itu bisa menjadi bumerang, ketika orang-orang muda marah atas kesenjangan di Hong Kong.
"Sebagai bagian dari kepentingan pribadi, (taipan) harus berbagi kekayaan mereka dengan orang-orang dengan ketidakpuasan terdalam sebelum masalah meledak," kata Fan. "Ini lebih seperti biaya perlindungan untuk (keuntungan) mereka sendiri."
Baca Juga: Hadapi demo berkepanjangan, polisi Hong Kong diguyur tunjangan US$ 17 juta
Victor Zheng, asisten direktur Institut Studi Asia-Pasifik Hong Kong setuju bahwa diperlukan tindakan, tetapi para taipan Hong Kong harus melakukan lebih dari sekadar memberi sumbangan.
"Dalam pandangan saya, jika mereka tidak menangani dengan baik masalah harga sewa dan kurangnya mobilitas sosial, mereka pada akhirnya akan terluka, seperti bumerang," kata Zheng.
Miliarder di tempat lain sudah melakukan upaya untuk menutup kesenjangan kekayaan. Awal tahun ini, Warren Buffett dan Bill Gates - dua orang terkaya di dunia - menyerukan pajak yang lebih tinggi bagi orang kaya di Amerika Serikat.
Buffett berpendapat bahwa dalam suatu sistem di mana industri menjadi semakin terspesialisasi, tidak dapat dihindari bahwa orang kaya menjadi lebih kaya.
Kecenderungan itu terutama dialamatkan ke Hong Kong. Kota ini dinilai sebagai salah satu ekonomi kapitalis paling bebas di dunia berkat tarif pajaknya yang rendah dan campur tangan pemerintah yang minimal.
Karena kebijakan "satu negara, dua sistem", Hong Kong menikmati otonomi yang tinggi.
Baca Juga: Amankan perekonomian, China sebar pakar keuangan di lembaga keuangan daerah
Namun hasilnya adalah ironi lain: kesenjangan sosial kian menganga dan ini salah satu kaum muda Hong Kong turun ke jalan sejak pertengahan tahun lalu.