Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
TOKYO. Gubernur Bank of Japan (BOJ) saat ini, Masaaki Shirakawa, memiliki catatan yang cukup baik saat memimpin bank sentral Jepang. Misalnya saja, aset bank sentral menanjak 50% selama masa kepemimpinannya. Selain itu, dia juga memperkenalkan target inflasi dan safeguard bagi sistem perbankan negaranya dari guncangan.
Kendati demikian, saat dia mengumumkan rencana pengunduran dirinya tiga pekan lebih cepat, pasar saham seakan bersorak yang ditandai dengan lonjakan indeks acuan Jepang ke level tertinggi dalam empat tahun terakhir.
Pada rapat dewan gubernur BOJ terakhir sebelum pengunduran dirinya pada 19 Maret yang berlangsung kemarin (7/3), Shirakawa memutuskan untuk tidak mengubah kebijakannya.
Saat ini, fokus investor malah tersedot kepada kandidat pengganti dirinya yakni Haruhiko Kuroda. Pelaku pasar berspekulasi, Kuroda akan melakukan langkah-langkah antisipasi yang lebih agresif terkait penggelontoran stimulus.
Reaksi ini merekfleksikan kegagalan Shirakawa untuk mengakhiri deflasi selama masa lima tahun kepemimpinannya. Melihat aksi yang dilakukan oleh pimpinan the Federal Reserve Ben S Bernanke dan Bank Sentral Eropa, Shirakawa mengingatkan akan bahaya besar yang mengancam perekonomian terkait banyaknya likuiditas akibat stimulus yang dikeluarkan bank sentral.
"Shirakawa telah melakukan hal yang cukup baik dalam menjaga sistem finansial terhadap adanya guncangan. Namun, cara dia berkomunikasi -- terlalu banyak penjelasan dengan muka sedih-- membuat hasil pekerjaannya tampak sia-sia. Apalagi, Bernanke selalu tampak percaya diri pada saat dia menambah stimulus," papar Mizuno, vice chairman Credit Suisse AG di Tokyo.