Sumber: Bloomberg, BBC, Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
TEL AVIV. Adanya tekanan internasional, khususnya Amerika Serikat, membuat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akhirnya menyerah. Dalam pidatonya kemarin, dia bilang akan mengakui keberadaan negara Palestina dengan sejumlah persyaratan. Pernyataannya itu disambut baik oleh AS namun ditolak oleh warga Palestina yang menganggap persyaratan itu tidak akan mengarah pada perdamaian.
Menurut Netanyahu, negara Palestina nantinya tidak boleh memiliki basis militer, tidak memiliki kekuasaan pada perbatasan udara serta tidak boleh memiliki persenjataan.
“Jika persyaratan tersebut sudah dipenuhi, maka kami siap untuk melaksanakan perjanjian perdamaian untuk mencapai solusi, yakni negara Palestina tanpa basis militer akan hidup berdampingan dengan negara Yahudi,” jelas Netanyahu, dalam pidatonya di Bar Ilan University di luar Tel Aviv.
Hingga saat ini, Netanyahu sudah berkali-kali mengungkapkan dukungannya dalam pembentukan negara Palestina. Pernyataannya itu diungkapkan sepuluh hari setelah Presiden Barack Obama mengatakan pembentukan Palestina merupakan satu-satunya resolusi untuk menyelesaikan konflik Arab-Israel dan dia sendiri akan terlibat langsung dalam proses perdamaian itu.
Sejumlah pengamat politik internasional mengatakan, Netanyahu berupaya memberikan respons terhadap pernyataan Obama. “Pidato Netanyahu kali ini merespons harapan Obama untuk membentuk resolusi dua negara tersebut,” ujar Martin Indyk, Duta Besar AS untuk Israel di bawah Pemerintahan Bill Clinton.
Daniel Ben Simon, Perwakilan dari Partai Buruh AS bilang, hal ini merupakan langkah yang besar bagi Netanyahu. “Jika dia benar-benar melakukan apa yang telah diungkapkan, maka ini merupakan sebuah revolusi,” jelasnya.
Sementara itu, Juru Bicara Presiden Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rudeina, mengatakan, adanya persyaratan yang ditetapkan Netanyahu tidak akan mengarah pada perdamaian yang sesungguhnya.