Sumber: Arab News | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasukan dan tank Israel semakin dalam memasuki Gaza City pada Rabu (17/9), disertai serangan udara dan artileri yang menghantam kota lebih dari 150 kali dalam beberapa hari terakhir. Serangan itu meruntuhkan gedung-gedung tinggi di kawasan padat tenda pengungsi.
Di sisi lain, layanan telepon dan internet terputus, membuat warga Palestina kesulitan memanggil ambulans, melakukan evakuasi, atau menyampaikan kondisi terbaru di tengah ofensif baru yang dimulai sejak Senin.
Lonjakan Korban Jiwa
Menurut data Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban tewas dalam perang Israel–Hamas kini telah melampaui 65.000 orang, dengan 165.697 lainnya terluka sejak 7 Oktober 2023. Angka ini tidak dirinci antara warga sipil dan militan, tetapi kerap dijadikan acuan oleh PBB dan para pakar independen.
Baca Juga: Dibungkam Unilever Soal Gaza, Salah Satu Pendiri Ben & Jerry's Mundur
Serangan semalam dilaporkan menewaskan sedikitnya 16 orang, termasuk perempuan dan anak-anak. Sebagian besar korban berasal dari Gaza City yang dilanda kelaparan parah.
Anak-Anak dan Perempuan di Antara Korban Terbaru
Di kamp pengungsi Shati, seorang ibu dan anaknya tewas akibat serangan udara. Sementara di kamp pengungsi Nuseirat, tiga orang meninggal termasuk seorang perempuan hamil. Di kawasan Muwasi, serangan terhadap tenda keluarga menewaskan dua orang tua dan anak mereka.
Di Rumah Sakit Rantisi, serangan Israel menyebabkan kerusakan pada atap dan tangki air. Sekitar 40 pasien, termasuk bayi prematur dan anak-anak di ruang intensif, masih bertahan dengan 30 tenaga medis, meski separuh pasien terpaksa dievakuasi.
Krisis Kemanusiaan Memburuk
PBB menyebut lebih dari 90% penduduk Gaza mengungsi, dengan 238.000 orang meninggalkan Gaza utara dalam sebulan terakhir. Sebagian besar wilayah hancur, sementara ahli gizi internasional telah mengonfirmasi kondisi kelaparan di Gaza City.
Israel mengatakan telah membuka koridor evakuasi ke selatan selama dua hari, namun banyak warga di utara tetap terisolasi akibat terputusnya komunikasi.
Tanggapan Israel dan Hamas
Militer Israel menyatakan pihaknya berupaya meminimalisasi korban sipil dan akan terus menargetkan kelompok yang disebut “organisasi teroris”. Menurut militer, masih ada 2.000–3.000 pejuang Hamas di Gaza City, yang kini lebih mengandalkan taktik gerilya dengan ranjau dan serangan cepat.
Baca Juga: Israel Luncurkan Serangan Darat Besar di Gaza, Dunia Kecam Potensi Genosida
Sementara itu, pejabat senior Hamas, Ghazi Hamad, muncul di media untuk pertama kalinya sejak serangan Israel di Qatar. Dalam wawancara dengan Al-Jazeera, ia menuding Amerika Serikat berpihak pada Israel dan gagal menjadi mediator netral.
Kecaman Internasional
Kementerian Luar Negeri Qatar mengutuk keras ofensif darat Israel, menyebutnya sebagai “perluasan perang genosida” terhadap rakyat Palestina.
Lebih dari 20 organisasi bantuan internasional, termasuk Norwegian Refugee Council, Anera, dan Save the Children, menyerukan komunitas global untuk mengambil langkah nyata menghentikan serangan.
Mereka menekankan bahwa apa yang terjadi di Gaza kini telah dikategorikan sebagai genosida oleh Komisi Penyelidikan PBB.