Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Tak lama setelah menarik sebagian pasukannya dari sejumlah wilayah di Gaza selatan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa waktu untuk menyerang Rafah telah ditetapkan.
Israel kembali menarik sebagian tentaranya dari Gaza Selatan pada hari Minggu (7/4). Melansir Reuters, militer Israel kini hanya menyisakan satu brigade di wilayah tersebut.
Penarikan tentara ini telah dilakukan Israel secara bertahap sejak awal tahun, menyusul adanya tekanan dari sekutu terdekatnya, Amerika Serikat.
Baca Juga: Israel Kembali Menarik Tentaranya dari Gaza Selatan, Bersiap untuk Operasi Baru
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan pasukannya akan bersiap untuk operasi masa depan di Gaza.
"Pasukan keluar dan bersiap untuk misi berikutnya, termasuk misi mereka yang akan datang di wilayah Rafah," kata Gallant.
Terkait penarikan pasukan pada hari Minggu, pihak militer Israel tidak memberikan rincian mengenai alasan penarikan tentara atau jumlah tentara yang terlibat.
Baca Juga: Pesan Biden ke Netanyahu: Lindungi Warga Sipil Gaza Jika Ingin Terus Kami Dukung
Waktu Serangan ke Rafah Telah Ditetapkan
Pada hari Senin (8/4), Netanyahu mengatakan bahwa waktu untuk menyerang Rafah telah ditentukan.
"Kami terus berupaya untuk mencapai tujuan kami, yang pertama dan terpenting adalah pembebasan semua sandera kami dan mencapai kemenangan penuh atas Hamas. Kemenangan ini memerlukan masuknya (militer) ke Rafah dan penghapusan batalion teroris di sana. Itu akan terjadi, tanggalnya sudah ada," kata Netanyahu.
Rafah adalah tempat perlindungan terakhir bagi warga sipil Palestina. Oleh Israel, Rafah diyakini sebagai benteng pertahanan terakhir yang signifikan dari unit tempur Hamas.
Baca Juga: AS: Serangan Israel ke Rafah Bisa Menjadi Kesalahan, Tak Perlu Dilakukan
Saat ini lebih dari satu juta rakyat Palestina tinggal di Rafah dalam kondisi kekurangan makanan, air dan tempat tinggal. Komunitas internasional telah mendesak Israel agar tidak menyerbu Rafah karena khawatir akan terjadi pertumpahan darah.
Laporan terbaru Kementerian Kesehatan Gaza hari Senin menunjukkan, sekitar 33.480 warga Palestina telah tewas akibat serangan Israel sejak Oktober lalu.
Sebagian besar dari penduduk Gaza, yang berjumlah 2,3 juta, kini hidup sebagai tunawisma dan ada di bawah ancaman kelaparan.