Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Perusahaan pembuat sarung tangan terbesar di dunia, Top Glove Corp Malaysia, melaporkan bahwa salah satu pekerjanya meninggal dunia setelah tertular Covid-19. Ini menjadi kematian pertama sejak wabah virus corona di asrama dan pabrik Top Glove terjadi.
Senin (14/12), Top Glove mengatakan kepada Reuters melalui email bahwa pekerja yang meninggal tersebut berasal dari Nepal dan berusia 29 tahun. Karyawan tersebut meninggal karena mengalami pneumonia akibat virus corona.
Saham Top Glove pun anjlok 9,4%. Hal ini menjadi sentimen negatif bagi perusahaan sarung tangan di tengah laporan tentang peningkatan permintaan karena adanya vaksin Covid-19.
Sebelumnya, Reuters melaporkan bahwa Top Glove telah memecat seorang karyawan asal Nepal pada bulan September. Pemecatan dilakukan karena karyawan tersebut dan pekerja lainnya mencoba untuk menyampaikan kekhawatiran tentang asrama yang sempit dan kurangnya jarak sosial di fasilitas perusahaan.
Baca Juga: 3.000 Karyawan terpapar Covid-19, Top Glove: Sarung tangan kami tetap aman
Wabah di pabrik Top Glove kini telah berkembang menjadi kluster terbesar di Malaysia. Mengingat, lebih dari 5.000 karyawan di pabrik Top Glove dinyatakan positif virus corona.
Pemerintah Malaysia pun menerapkan kontrol pergerakan yang ketat dan memerintahkan perusahaan untuk menutup pabrik yang terkena dampak secara bertahap bulan lalu. Hal ini untuk membantu penyaringan dan karantina bagi karyawan yang positif virus corona.
Pekan lalu, perusahaan mengungkapkan, bahwa 94% pekerja yang diuji sekarang sudah sehat dan siap untuk kembali bekerja.
Saingan Top Glove, Hartalega Holdings mengatakan, bahwa mereka telah menemukan 35 kasus positif virus corona di antara lebih dari 8.700 karyawan yang diuji.
Pekerja Top Glove yang meninggal telah bekerja di fasilitas manufakturnya yang berada di Klang, 40 kilometer (25 mil) sebelah barat ibu kota Kuala Lumpur, selama lebih dari dua tahun.