Sumber: DW.com | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - DW. Menandai peringatan 56 tahun Perjanjian Elysee, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Emmanuel Macron menandatangani perjanjian persahabatan baru di kota Aachen hari Selasa (22/1). Perjanjian Aachen dirancang untuk memperdalam persahabatan Prancis-Jerman ke "tingkat yang baru" dan meningkatkan hubungan antar warga di kedua negara.
Perjanjian Elysee ditandatangani pada 22 Januari 1963 oleh Presiden Prancis Charles de Gaulle dan Kanselir Jerman Konrad Adenauer, 18 tahun setelah Perang Dunia II berakhir. Perjanjian itu menandai kemitraan dan era persahabatan baru antara Jerman dan Prancis, yang sebelumnya sering terlibat perang dan menjadi musuh bebuyutan.
Sejak Perjanjian Elysee, yang sudah beberapa kali diperbarui, lebih dari 8,4 juta warga muda Jerman dan Prancis telah mengambil bagian dalam program pertukaran di kedua negara. Dengan Perjanjian Aachen, kedua negara kini ingin meletakkan dasar kemitraan yang baru, terutama dalam upaya mereformasi Uni Eropa.
Kemitraan lebih erat
Perjanjian Aachen dimaksudkan untuk mengirim pesan politik, yaitu bahwa Berlin dan Paris ingin menangani tahap selanjutnya dalam kerja sama Prancis-Jerman dan mempersiapkan landasan bagi reformasi Uni Eropa. Pada saat yang sama, kemitraan yang intensif dipandang sebagai tantangan terhadap meningkatnya populisme dan nasionalisme di Eropa.
Dalam deklarasi bersama 16 halaman itu, Angela Merkel dan Emmanuel Macron menegaskan prakarsa baru di berbagai bidang kebijakan. Antara lain mencakup rencana untuk memperluas program pertukaran bagi warga kedua negara dan mengintensifkan kerja sama dalam kebijakan luar negeri dan keamanan. Deklarasi itu juga menjanjikan integrasi ekonomi yang lebih kuat, yang mencakup kebijakan lingkungan dan iklim yang terkoordinasi.
Kedua negara juga akan bekerja erat dalam politik eropa dan dalam proyek-proyek pertahanan. Selain itu, integrasi ekonomi diperluas dan jaringan koordinasi transportasi publik akan diperluas. Jerman dan Prancis juga akan saling mengakui ijazah pendidikan dan menawarkan jurusan kuliah yang dikelola bersama.
Kerjasama untuk perdamaian dan keadilan sosial
"Saat ini, tidak ada negara yang lebih erat dengan kami selain Prancis. Namun kita harus terus memperbaiki apa yang telah dicapai", tulis Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas dalam sebuah artikel di harian Passauer Neue Presse hari Selasa (22/1). "Kami ingin mengundang semua mitra kami untuk bekerjasama dengan kami demi mewujudkan dunia yang lebih damai dan adil berdasarkan aturan internasional," kata Heiko Maas selanjutnya.
Menlu Jerman mengatakan, para populis dan nasionalis di seluruh dunia sedang merambah. Sengketa perdagangan sedang mengancam kesejahteraan dunia. Hukum internasional sedang dipertanyakan dan berbagai krisis dan konflik telah berdampak sampai ke Eropa.
"Pada masa-masa seperti ini, kami perlu bekerja bahu-membahu lebih erat lagi dengan Prancis," tandasnya.
Parlemen Jerman dan Perancis sebelumnya sudah memutuskan berbagai resolusi untuk mempererat kerjasama antar kedua negara. Termasuk proyek-proyek konkret seperti pembentukan pusat-pusat pendidikan vokasi Jerman-Prancis dan pusat riset kecerdasan buatan (artificial intelligence). Perjanjian Aachen masih harus diratifikasi oleh parlemen Jerman dan Prancis.