Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
Sementara itu, Presiden Lebanon Michel Aoun juga sudah mengucapkan selamat kepada Biden dan menyuarakan harapan untuk "kembali ke keseimbangan dalam hubungan Amerika-Lebanon" selama masa jabatannya.
Nabil Boumonsef, wakil pemimpin redaksi surat kabar An-Nahar, mengatakan kepada Reuters bahwa waktu pengumuman sanksi AS pada hari Jumat terhadap menantu Aoun Gebran Bassil, seorang politisi Kristen terkemuka, mengirim pesan bahwa Washington akan melanjutkan untuk mengejar politisi Lebanon atas tuduhan korupsi dan membantu Hizbullah.
“Biden lebih fleksibel dan rasional, tetapi saya tidak mengharapkan perubahan mendasar, meskipun mungkin ada pengurangan tekanan sehubungan dengan sanksi sampai tim Timur Tengah Biden ada,” katanya.
Ibrahim Matraz, seorang jurnalis Yaman, juga pesimis dengan prospek perubahan kebijakan AS setelah konflik bertahun-tahun yang melanda negaranya.
Baca Juga: Kalahkan Donald Trump, Joe Biden akan jadi Presiden AS ke-46
"Kita tidak boleh lupa bahwa Biden adalah wakil presiden dalam pemerintahan Obama saat perang dimulai," kata dia.
Tuduhan Trump atas kecurangan dalam pemilu tanpa memberikan bukti mendorong beberapa pihak di kawasan Arab mengatakan Washington tidak memiliki hak untuk berkhotbah tentang demokrasi di negara mereka, di mana para pemimpinnya sering memenangkan 99% suara dalam pemilu yang curang.
"Pemilu ini menunjukkan wajah nyata Amerika, sebuah negara di mana pemilu adalah lelucon dengan pihak yang kalah tidak mengakui kekalahan dan mengklaim dia menang," kata Adel al Natour, seorang industrialis di Suriah yang dilanda perang, yang para pemimpinnya menghadapi sanksi ketat AS.