kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Johnson & Johnson Bakal Pangkas 7.000 Karyawan


Rabu, 04 November 2009 / 10:48 WIB
Johnson & Johnson Bakal Pangkas 7.000 Karyawan


Sumber: Bloomberg | Editor: Dikky Setiawan

NEW YORK. Produsen produk kesehatan terbesar di dunia, Johnson & Johnson akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 7.000 orang karyawannya dalam waktu dekat ini. Langkah itu dilakukan Johnson & Johnson akibat di tengah resesi global, kalangan konsumen memangkas pengeluarannya untuk membeli produk kesehatan, mulai dari obat-obatan hingga perawatan wajah.

Dalam sebuah pernyataannya Selasa kemarin (3/11), J & J yang berbasis di New Brunswick, New Jersey, mengungkapkan, bahwa perusahaan akan menyusutkan jumlah pekerjanya sebesar 7% dari total 117.000 karyawan. Menurut manajemen, pemangkasan karyawan itu akan menghemat pengeluaran J & J sebanyak US$ 1,7 miliar pada 2011.

Dalam konferensi pers kemarin, Bill Weldon, CEO J & J, menegaskan, permintaan konsumen tidak akan menyelesaikan masalah pengangguran. Sebab, banyak dari kalangan konsumen yang masih sangat berhati-hati dalam mengatur pengeluarannya.

Oktober lalu, J & J melaporkan kinerja penjualannya di kuartal ketiga 2009 jauh lebih rendah dari perkiraan para analis. Penurunan penjualan didorong oleh rendahnya permintaan konsumen terhadap produk obat-obatan generik, antipsikotik Risperdal dan obat epilepsi Topamax.

"Pelemahan ekonomi telah memakan korban Johnson & Johnson," kata Mike Krensavage, Manajer Keuangan di Krensavage Partnes, yang memiliki saham J & J, dalam sebuah wawancara telepon. "Perusahaan tersebut akan terjerembap lagi ke bawah, bersiap-siap untuk menghadapi masalah yang lebih sulit."

Usai mengumumkan rencana PHK karyawan, pada penutupan di bursa New York, saham J & J langsung menukik 56 sen, atau kurang dari 1% ke level US$ 58,93. Di sepanjang tahun ini, saham J & J telah mengalami penurunan sebesar 1,5%.

"Pasar saham dapat menyeimbangkan fakta bahwa J & J sangat pesimistis memandang prospek bisnis dan perekonomian. Umumnya kalangan investor di Wall Street menyukai pemotongan biaya yang dilakukan manajemen perusahaan, karena hal itu bisa meningkatkan pendapatan perseroan," kata Krensavage.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×