Reporter: Shuliya Indriya Ratanavara | Editor: Dupla Kartini
WASHINGTON. Popularitas surat utang halal alias sukuk berpotensi melonjak. Pasalnya, sukuk mulai masuk radar manajer investasi tersohor semisal JP Morgan.
Untuk pertama kalinya, JP Morgan bakal memasukkan sukuk di indeks surat utang global. Perbankan beken asal Amerika Serikat (AS) itu menjadikan sukuk sebagai salah instrumen investasi acuan di indeks pasar berkembang bertajuk JPMorgan EEMBI Global Diversified Index.
Secara resmi JP Morgan memasukkan sukuk per 31 Oktober mendatang. Alasan JP Morgan: mengundang lebih banyak investor Islam melalui instrumen investasi yang lebih beragam.
Mengutip Reuters, Jumat (19/8), kebijakan investasi tersebut ditempuh setelah JP Morgan mengadakan kajian tahunan. Nantinya, JP Morgan memasukkan obligasi syariah dengan denominasi dollar AS yang diterbitkan Indonesia, Malaysia, serta Turki.
Rencana awal, JP Morgan memasukkan sukuk dari tiga negara itu sebagai bagian dari total aset JPMorgan EEMBI Global Diversified Index yang mencapai US$ 313 miliar. Masuknya sukuk di indeks investasi acuan JP Morgan diprediksi akan membuat sukuk lebih likuid di pasar global.
Selain sukuk pemerintah, JP Morgan juga memasukkan sukuk terbitan swasta dalam porsi mini. Hanya dua perusahaan sukuk yang tercantum dalam indeks acuan JP Morgan Corporate Emerging Markets Bond Index. Pertama, sukuk DP World bertenor hingga tahun 2023. Kedua, sukuk terbitan Dubai dan Saudi Electricity Co dengan periode jatuh tempo tahun 2024.
Sementara sukuk pemerintah Indonesia, Malaysia, dan Turki dipilih yang berjangka pendek atau jatuh tempo 2019.
JP Morgan juga memasukkan sukuk terbitan Pakistan senilai US$ 1 miliar yang jatuh tempo pada 2019 mendatang. Sukuk ini akan dimasukkan di indeks acuan JPMorgan Asia Credit Index yang juga memasukkan sukuk dari Indonesia dan Malaysia.
Makin likuid
Okan Akin, analis kredit pasar berkembang dari AllianceBernstein, menyatakan, pasar sukuk senilai US$ 200 miliar bakal semakin likuid pasca keputusan JPMorgan. Sejauh ini sukuk dipandang sebagai aset eksotis yang ditargetkan untuk bank-bank syariah.
Menurut Anita Yadav, Head of Fixed Income Emirates NBD, masukknya sukuk ke dalam indeks acuan JPMorgan akan memicu penerbitan sukuk, sekaligus berpotensi mendongkrak harga jual di pasar sekunder.
“Investor nontradisional yang biasanya ragu untuk berinvestasi di sukuk juga akan tertarik untuk membelinya. Apalagi, ketika mereka juga menggunakan indeks JPMorgan sebagai patokan kinerja,” ujar dia.
Gambaran saja, laporan International Islamic Financial Market menyebutkan, penerbitan sukuk global merosot tajam hingga 43% di sepanjang tahun 2015 lalu. Penyebabnya adalah, penurunan harga komoditas dan perubahan regulasi sukuk di Malaysia.
Tahun lalu, penerbitan sukuk hanya US$ 60,7 miliar, jauh di bawah tahun sebelumnya yang mencapai US$ 107 miliar. Sebagai penerbit sukuk terbesar, Malaysia menunda penjualan surat utang ini secara signifikan. Negeri jiran menyumbang hingga 66% terhadap total penjualan sukuk.