Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NEW YORK. Gagal bayar di sektor properti kini menyebar bak virus ganas di Amerika Serikat (AS). Bayangkan saja, satu dari delapan pemilik rumah di AS mengalami kesulitan dalam membayar kredit perumahannya.
Berdasarkan data yang dirilis Kamis (5/3) kemarin menunjukkan, hampir sekitar 12% dari kredit perumahan warga AS –atau mencapai 4,5 juta pemilik rumah- setidaknya mengalami keterlambatan pembayaran satu bulan pada akhir tahun lalu.
Angka tersebut naik dari angka kuartal tiga yang hanya mencapai 10% dan 8% pada akhir 2007. Parahnya, data tersebut juga meliputi para kreditur qualified yang mengambil pinjaman dengan suku bunga tetap.
Selain itu, data yang dirilis oleh Mortgage Bankers Association menunjukkan, sekitar 48% pemilik rumah yang memiliki kredit perumahan mengalami gagal bayar.
Beberapa kota yang banyak terdapat kasus gagal bayar diantaranya yaitu Louisiana, New York, Georgia dan Texas. Hal ini dapat dimaklumi, pasalnya kota-kota tersebut mengalami kemunduran ekonomi paling hebat ditambah dengan tingginya angka pengangguran.
“Masalahnya adalah pekerjaan. Banyak masyarakat yang kehilangan mata pencahariannya,” kata Houston Real Estate Agent Michael Weaster.
Pada Kamis kemarin, data Departemen Tenaga Kerja juga menunjukkan, tingkat pengajuan klaim pengangguran di AS pada minggu lalu mencapai 693.000 orang. Angka ini memang lebih rendah dari yang diperkirakan banyak pihak, namun tetap saja lebih tinggi dari level yang ditentukan.
Tren tersebut menggarisbawahi tantangan besar yang harus dihadapi Pemerintahan Obama yang pada minggu lalu baru saja meluncurkan kucuran stimulus untuk sektor properti.