Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Jumlah pernikahan di China turun hingga seperlima pada tahun 2024 di tengah berbagai upaya pemerintah untuk membujuk pasangan muda untuk menikah dan meningkatkan populasi yang menyusut.
Tingginya biaya perawatan anak dan sekolah masih menjadi alasan utama di balik menurunnya minat untuk menikah dan memulai keluarga di China.
Di saat yang sama, pertumbuhan ekonomi China yang melambat selama beberapa tahun terakhir juga sukses mempersulit lulusan universitas untuk mendapatkan pekerjaan.
Mereka yang sudah bekerja pun merasa tidak yakin dengan prospek jangka panjang dari pekerjaan yang mereka pilih.
Baca Juga: 10 Orang Terkaya di Dunia, Pekan Pertama Februari 2025
Pemerintah China telah berusaha meningkatkan minat untuk menikah, termasuk dengan memberikan insentif untuk setiap kelahiran bayi.
Pemerintah juga mendesak perguruan tinggi dan universitas di China untuk menyediakan "pendidikan cinta" untuk menekankan pandangan positif tentang pernikahan, cinta, kesuburan, dan keluarga.
Mulai November 2024, pemerintah daerah juga telah diminta untuk mengarahkan sumber daya guna memperbaiki krisis populasi dan menyebarkan kesadaran tentang kelahiran anak dan pernikahan pada usia yang tepat.
Baca Juga: 10 Negara Terkaya di Dunia Tahun 2025 Mengacu PDB per Kapita
Sayangnya, Kementerian Urusan Sipil hanya mencatat sekitar 6,1 juta pasangan mendaftar untuk menikah tahun 2024, turun dari 7,68 juta yang tercatat pada tahun sebelumnya.
China masih jadi salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia, yaitu mencapai 1,4 miliar. Namun, jumlah penduduk tua terus bertambah dan tidak sebanding dengan bertambahnya populasi baru.
Mengutip Reuters, angka kelahiran menurun selama beberapa dekade akibat kebijakan satu anak pada tahun 1980-2015 dan urbanisasi yang pesat.
Dalam dekade mendatang, sekitar 300 juta warga China diperkirakan akan memasuki masa pensiun. Jumlah itu setara dengan hampir seluruh populasi Amerika Serikat.
Tonton: Daftar 6 Negara yang Melarang Penggunaan DeepSeek