Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
TRIPOLI. Kian memuncaknya aksi demonstrasi di Libya tidak membuat pemimpin tertinggi di negara itu Muammar Kadhafi gentar. Bahkan Kadhafi mengancam akan melawan pemberontak hingga tetes darah penghabisan. Dia mengatakan akan mengerahkan seluruh pasukan militer, polisi, dan para pendukungnya untuk merebut kembali jalanan ibukota.
"Aksi unjuk rasa yang terus berlangsung akan menyebabkan perang sipil," jelas Kadhafi di kediamannya di Tripoli. Dia menyebut pemberontak sebagai tikus dan mikroba yang akan menghadapi hukuman mati akibat mengangkat senjata melawan pemerintah.
Berdasarkan data yang dirilis Human Rights Watch, bentrokan antara demonstran dan militer Libya sudah menewaskan lebih dari 200 jiwa dan mendorong harga minyak ke level tertinggi dalam 2,5 tahun.
Saat ini, kondisi di Libya masih mencekam. Beberapa orang saksi mengatakan, di Benghazi, sejumlah bendera kerajaan konstitusional yang ditumbangkan Kadhafi pada 1969 lalu banyak bertebaran di jalan. Di kota itu juga tidak tampak pihak militer selain polisi lalu lintas. Sedangkan di Tripoli, mayat-mayat masih bergelimpangan di jalan setelah terjadi serangan dari kelompok massa pro-Kadhafi.
AS ikut mengutuk
Di Washington, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton bilang, pemerintah Obama terus mengikuti perkembangan yang terjadi di Libya dengan keprihatinan mendalam. AS pun menghimbau agar Libya menghentikan aksi kekerasan. "AS akan mengambil beberapa langkah atas kejadian ini," kata Hillary tanpa mengelaborasi lebih jauh mengenai pernyataannya.
Hingga saat ini, AS masih berupaya untuk mengevakuasi warganya yang mayoritas merupakan diplomat AS dan anggota keluarga.