Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Buntut dari permasalahan yang dihadapi Volkswagen ikut berdampak pada mitranya, Northvolt AB. Produsen baterai kendaraan listrik asal Swedia ini mengajukan perlindungan kebangkrutan di Amerika Serikat (AS).
Perusahaan ini mengaku kesulitan mendapatkan dana dan hanya memiliki uang tunai untuk satu minggu di rekeningnya. Northvolt, dalam rilis yang dikutip Bloomberg, memaparkan, memiliki US$ 30 juta uang tunai.
Sementara perusahaan ini memiliki utang US$ 5,84 miliar. Utang tersebut menjadikan Northvolt perusahaan dengan utang terbesar yang mengajukan kebangkrutan. Selain Northvolt, Intrum AB, perusahaan asal Swedia lainnya, juga mengajukan petisi serupa pada minggu lalu.
Baca Juga: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Singapura di Tahun Ini Dikerek
Sumber Bloomberg mengatakan, Northvolt memutuskan mengambil jalur hukum AS untuk menyediakan kerangka kerja yang sudah dipahami bagi investor dan pihak ketiga. Perusahaan ini juga berharap ada investor yang bersedia menyediakan pembiayaan.
Hal ini menjadi langkah terakhir setelah berbulan-bulan pemilik, pelanggan dan kreditor ingin mencari jalan keluar terkait kondisi perusahaan ini. Northvolt juga telah memangkas seperempat tenaga kerjanya dan membatalkan rencana ekspansi agar kas tidak makin tertekan. Kondisi bisnis Northvolt kian terpuruk lantaran kehilangan kontrak dan tidak dapat menarik pinjaman senilai US$ 5 miliar.
Perusahaan yang dipandang sebagai standar dan harapan Eropa membangun rantai pasokan independen untuk kendaraan listrik melawan dominasi produsen China dan Korea Selatan yang mapan, ternyata tak mampu bersaing dengan mereka. Apalagi, Northvolt sangat bergantung pada Volkswagen untuk kelangsungan operasionalnya.
Northvolt juga mulai mengembangkan baterai, bekerjasama dengan VW. Namun kini VW pun tengah terhimpit karena persaingan dengan produsen China. Untuk mencari jalan keluar, Northvolt mengadakan negosiasi intens yang melibatkan investor lain untuk mencari dana segar.
Baca Juga: China Akan Investigasi Susu Subsidi dari Uni Eropa