Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Sebuah kapal perang AS kembali berlayar melalui jalur air sensitif yang memisahkan Taiwan dari China. Aksi ini hanya berselang seminggu setelah Taiwan melaporkan serangan intimidasi terbesar di negaranya oleh jet angkatan udara China di zona pertahanan udara Taiwan.
Melansir Reuters, armada ke-7 Angkatan Laut AS mengatakan, kapal perusak rudal kelas Arleigh Burke USS Curtis Wilbur melakukan “transit rutin Selat Taiwan” pada hari Selasa sesuai dengan hukum internasional.
“Transit kapal melalui Selat Taiwan menunjukkan komitmen AS terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka,” demikian pernyataan armada AS.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan kapal telah berlayar ke arah utara melalui selat dan situasinya normal seperti biasa.
Baca Juga: Inilah 10 negara dengan kekuatan angkatan udara terkuat di dunia
Kapal yang sama transit di selat itu sebulan yang lalu, sehingga mendorong China menuding Amerika Serikat mengancam perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut.
Misi terbaru datang sekitar seminggu setelah Taiwan melaporkan 28 pesawat angkatan udara China, termasuk pesawat tempur dan pembom berkemampuan nuklir, memasuki zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan.
Insiden itu menyusul dirilisnya pernyataan bersama para pemimpin Kelompok Tujuh yang menyudutkan China atas serangkaian masalah dan menggarisbawahi pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan. Pernyataan tersebut langsung mendapat kecaman dari China yang memandangnya sebagai "fitnah".
Baca Juga: Tegang! 28 pesawat tempur China masuk zona pertahanan Taiwan
Amerika Serikat, seperti kebanyakan negara, tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan, tetapi merupakan pendukung internasional terpenting dan penjual senjata utama ke negara tersebut.
Ketegangan militer antara Taiwan dan Beijing telah meningkat selama setahun terakhir, di mana Taipei mengeluhkan China berulang kali mengirim angkatan udaranya ke zona pertahanan udara Taiwan.
China mengatakan, kegiatannya di sekitar Taiwan bertujuan untuk melindungi kedaulatan China dan menghalangi pasukan asing. Pemerintah Taiwan mengecamnya sebagai upaya intimidasi.