Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Banyak wilayah di China yang telah melewati puncak infeksi Covid-19. Namun, para pejabat meremehkan tingkat keparahan wabah Covid-19 meskipun ada kekhawatiran internasional tentang skala dan dampaknya.
Laporan dari Health Times, sebuah publikasi yang dikelola People's Daily, surat kabar resmi Partai Komunis China menyebutkan, infeksi Covid-19 telah menurun di ibu kota Beijing dan beberapa provinsi di China.
Seorang pejabat China seperti dikutip Reuters mengatakan hampir 90 juta orang telah terinfeksi di provinsi Henan.
Virus telah menyebar dengan bebas di China sejak negeri itu melonggarkan pembatasan Covid-19 pada awal Desember 2022 setelah protes terhadap rezim "nol-COVID" yang diberlakukan dengan kejam selama tiga tahun.
Terbaru, China membuka kembali perbatasannya pada hari Minggu (8/1).
Baca Juga: Surat Kabar China Ingatkan Risiko Volatilitas Yuan di Tahun Ini
Penguncian yang sering dilakukan, pengujian tanpa henti, dan berbagai tingkat pembatasan pergerakan sejak awal 2020 telah membawa ekonomi China ke salah satu tingkat pertumbuhan paling lambat dalam hampir setengah abad dan menyebabkan tekanan yang meluas.
Dengan virus yang dilepaskan, China telah berhenti menerbitkan penghitungan infeksi harian dan telah melaporkan jumlah kematian harian dalam satu digit, angka yang telah dibantah oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Banyak rumah duka dan rumah sakit China mengatakan mereka kewalahan, dan pakar kesehatan internasional memperkirakan setidaknya 1 juta kematian terkait COVID-19 di China tahun ini.
Pada hari Selasa, kompilasi laporan Health Times dari pejabat pemerintah daerah dan pakar kesehatan di seluruh negeri, menunjukkan bahwa gelombang Covid-19 mungkin telah melewati puncaknya di banyak daerah.
Kan Quan, direktur Kantor Pencegahan dan Pengendalian Epidemi Provinsi Henan mengatakan, tingkat infeksi di provinsi tengah China itu hampir mencapai 100 juta orang pada 6 Januari.
Jumlah pasien di klinik di provinsi tersebut mencapai puncaknya pada 19 Desember, namun jumlah kasus yang parah masih tinggi, katanya, tanpa memberikan perincian lebih lanjut.
Yin Yong, penjabat walikota Beijing mengatakan Beijing juga melewati masa puncaknya. Li Pan, wakil direktur Komisi Kesehatan Kota di kota Chongqing mengatakan puncaknya terjadi pada 20 Desember 2022.
Di Provinsi Jiangsu, puncaknya dicapai pada 22 Desember, sementara di Provinsi Zhejiang gelombang pertama infeksi telah berlalu dengan lancar, kata para pejabat. Dua kota di provinsi Guangdong selatan, jantung manufaktur China, mencapai puncaknya sebelum akhir tahun.
Secara terpisah laporan China Daily yang dikelola pemerintah mengutip seorang pejabat kesehatan terkemuka menyebutkan, persentase kasus yang parah masih belum jelas.
"Masih terlalu dini untuk menyimpulkan persentase keseluruhan pasien Covid yang parah dan kritis di China karena berbagai jenis rumah sakit melaporkan jumlah yang berbeda," kata Wang Guiqiang, kepala departemen penyakit menular Rumah Sakit Pertama Universitas Peking.
Analis memperkirakan penurunan aktivitas ekonomi dalam waktu dekat karena pekerja dan konsumen jatuh sakit, tetapi juga pemulihan yang cepat di akhir tahun karena tingkat kekebalan meningkat.
Kantor imigrasi di Beijing minggu ini melihat antrean panjang orang yang ingin memperbarui paspor mereka karena China mencabut kontrol perbatasan Covid-19 yang telah membuat 1,4 miliar penduduknya enggan bepergian selama tiga tahun karena pembatasan kepulangan mereka.
Tetapi peningkatan perjalanan ke luar negeri diperkirakan akan bergelombang dan belanja di luar negeri oleh turis China mungkin memerlukan waktu untuk mencapai level US$ 250 miliar per tahun sebelum Covid-19.
Maskapai belum membangun kembali kapasitasnya, dengan penerbangan harian masuk dan keluar dari China sekitar sepersepuluh dari tingkat pra-pandemi, menurut data Flight Master.
Perjalanan yang lebih merepotkan, banyak negara menuntut tes negatif dari pengunjung dari China, setelah menimbulkan kekhawatiran tentang transparansi negara atas skala dan dampak wabah serta potensi mutasi.
Baca Juga: Mengenal Omicron XBB 1.5, Varian yang Bikin Banyak Negara Panik